Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Regulator pasar China mengumumkan hasil penyelidikan awal dugaan pelanggaran hukum anti-monopoli oleh raksasa chip asal Amerika Serikat, Nvidia. Ini menandai pukulan terbaru terhadap perusahaan yang kini berada di garis depan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Pernyataan singkat dikutip Reuters pada Senin (15/9) yang dikeluarkan oleh Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar alias State Administration for Market Regulation (SAMR) tidak merinci bagaimana Nvidia melanggar undang-undang tersebut. Namun, investigasi terhadap perusahaan ini sebenarnya sudah dimulai sejak Desember lalu, dalam sebuah langkah yang secara luas dianggap sebagai balasan atas pembatasan ekspor chip canggih oleh AS ke China.
SAMR juga menyebut Nvidia diduga melanggar komitmen yang dibuat saat mengakuisisi perusahaan desain chip asal Israel, Mellanox Technologies, sebagaimana tercantum dalam persetujuan bersyarat yang diberikan oleh China pada tahun 2020.
Regulator menegaskan penyelidikan akan terus berlanjut. Hingga saat ini, Nvidia belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait temuan tersebut.
Baca Juga: OpenAI dan Nvidia Siapkan Miliar Dolar Investasi Data Center di Inggris
Di bawah hukum anti-monopoli China, perusahaan dapat dikenakan denda sebesar 1% hingga 10% dari total penjualan tahunan mereka di tahun sebelumnya. Menurut laporan tahunan terbaru Nvidia, pendapatan dari China mencapai US$ 17 miliar pada tahun fiskal yang berakhir 26 Januari, atau sekitar 13% dari total penjualan global perusahaan.
Langkah ini muncul saat Amerika Serikat dan China tengah menggelar pembicaraan dagang di Madrid, dengan topik chip termasuk chip buatan Nvidia diperkirakan menjadi agenda utama.
Akses China terhadap chip AI tercanggih menjadi salah satu titik panas utama dalam perebutan dominasi teknologi antara AS dan China. Nvidia, sebagai produsen chip AI terbesar di dunia, berada di tengah pusaran perseteruan ini, apalagi mengingat lonjakan permintaan global atas teknologi AI.
Meskipun pemerintahan Presiden Donald Trump sebelumnya telah memberlakukan pembatasan keras terhadap ekspor chip canggih ke China yang belakangan sebagian dilonggarkan. China tetap berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada chip asal AS.
Bulan lalu, otoritas China memanggil beberapa perusahaan domestik seperti Tencent dan ByteDance untuk meminta penjelasan terkait pembelian chip H20 buatan Nvidia sebuah chip yang dirancang khusus agar sesuai dengan batasan ekspor AS. Pihak regulator juga menyatakan kekhawatiran tentang potensi risiko keamanan data dan meminta klarifikasi langsung dari perwakilan Nvidia.