Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - China tengah mempertimbangkan penggunaan stablecoin berbasis yuan untuk pertama kalinya guna mendorong adopsi lebih luas mata uangnya di tingkat global.
Langkah ini menandai perubahan besar dari sikap Beijing sebelumnya terhadap aset digital, menurut sejumlah sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Melansir Reuters, Rabu (20/8/2025), Dewan Negara atau kabinet China akan meninjau dan kemungkinan menyetujui peta jalan akhir bulan ini terkait strategi memperluas penggunaan yuan secara global, termasuk mengejar ketertinggalan dari dorongan Amerika Serikat dalam pengembangan stablecoin.
Baca Juga: China Akan Pamer Teknologi Militer Terbaru di Parade Besar Pekan Depan
Rencana tersebut diperkirakan mencakup target penggunaan yuan di pasar internasional, pembagian tugas antar regulator domestik, serta pedoman untuk pencegahan risiko.
Menurut salah satu sumber, para pemimpin senior China juga dijadwalkan menggelar sesi kajian khusus pada akhir bulan ini untuk membahas internasionalisasi yuan dan stablecoin yang kian populer di dunia.
Dalam forum tersebut, para pemimpin kemungkinan akan memberikan arahan terkait ruang lingkup aplikasi stablecoin serta arah pengembangan bisnisnya.
Jika disetujui, rencana ini akan menjadi pergeseran besar dalam kebijakan aset digital China.
Pada 2021 lalu, Beijing melarang perdagangan dan penambangan kripto karena dianggap mengancam stabilitas sistem keuangan.
Baca Juga: Harga Baja dan Aluminium Tertekan Tarif 50% AS dan Surplus Produksi China
China sudah lama berambisi menjadikan yuan sebagai mata uang global setara dolar AS atau euro, sejalan dengan posisinya sebagai ekonomi terbesar kedua dunia.
Namun, kendala seperti kontrol modal yang ketat serta surplus perdagangan bernilai triliunan dolar setiap tahun justru menghambat tujuan tersebut. Hambatan yang sama dinilai bisa menjadi tantangan bagi pengembangan stablecoin.
Stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang dirancang untuk memiliki nilai stabil, biasanya dipatok pada mata uang resmi seperti dolar AS, dan banyak digunakan trader kripto untuk memindahkan dana antar token.
Mata Uang Pembayaran Global
Pangsa yuan sebagai mata uang pembayaran global turun menjadi 2,88% pada Juni 2025, terendah dalam dua tahun terakhir, menurut data SWIFT. Sebaliknya, dolar AS menguasai 47,19% pangsa pasar.
Baca Juga: Bursa China Tembus Level Tertinggi 10 Tahun, Dana Segar Banjiri Pasar
Sementara itu, di AS, Presiden Donald Trump telah memberikan dukungan terhadap stablecoin hanya beberapa hari setelah dilantik pada Januari lalu, serta mendorong kerangka regulasi untuk melegitimasi stablecoin berbasis dolar.
Teknologi blockchain yang mendasarinya memungkinkan transfer dana lintas batas secara instan, 24 jam, dengan biaya rendah potensial mengganggu sistem pembayaran tradisional.
Menurut para sumber, Beijing memandang stablecoin sebagai instrumen inovasi keuangan yang menjanjikan untuk mendorong internasionalisasi yuan, terutama di tengah dominasi stablecoin berbasis dolar di sistem keuangan global.
Detail rencana tersebut diperkirakan akan diumumkan dalam beberapa minggu mendatang, dengan bank sentral China (PBOC) ditugaskan menjalankan implementasinya.
Saat ini, stablecoin berbasis dolar mendominasi pasar dengan porsi lebih dari 99% dari suplai global, menurut Bank for International Settlements.
Baca Juga: Nvidia Siapkan Chip AI Baru untuk Pasar China, Lebih Canggih dari H20
Di Asia, Korea Selatan dan Jepang juga tengah menyiapkan infrastruktur stablecoin masing-masing.
Dorongan terbaru China muncul di tengah ketegangan geopolitik dengan Washington dan maraknya penggunaan stablecoin berbasis dolar oleh eksportir China.
Pada Juli lalu, regulator Shanghai bahkan menggelar rapat dengan pejabat lokal untuk membahas strategi menghadapi perkembangan stablecoin dan mata uang digital.
Dalam wawancara dengan media lokal, penasihat PBOC Huang Yiping menyebutkan bahwa penerbitan stablecoin yuan di luar negeri, seperti di Hong Kong, merupakan “kemungkinan”.
Hong Kong sendiri telah memberlakukan aturan stablecoin mulai 1 Agustus lalu, menjadikannya salah satu yurisdiksi pertama di dunia yang mengatur penerbit stablecoin berbasis fiat. Selain itu, Shanghai juga tengah membangun pusat operasi internasional untuk yuan digital.
Menurut sumber, Hong Kong dan Shanghai akan menjadi kota utama untuk mempercepat implementasi lokal rencana stablecoin ini.
Baca Juga: China Kerahkan Belasan Ribu Persoel di Parade Militer Akbar 3 September
Bahkan, pada KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang akan digelar di Tianjin pada 31 Agustus–1 September, China diperkirakan akan membahas perluasan penggunaan yuan dan stablecoin untuk perdagangan lintas batas dengan sejumlah negara.
Saat ini, pasar stablecoin global masih relatif kecil dengan nilai sekitar US$247 miliar, menurut data CoinGecko. Namun, Standard Chartered Bank memperkirakan nilainya dapat melonjak hingga US$2 triliun pada 2028.