Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China menyatakan kekhawatiran atas potensi risiko keamanan yang ditimbulkan oleh chip kecerdasan buatan (AI) H20 milik Nvidia.
Langkah ini meningkatkan ketidakpastian terhadap prospek penjualan raksasa semikonduktor asal AS tersebut di China, hanya beberapa minggu setelah larangan ekspor AS atas chip tersebut dicabut.
Baca Juga: Kelakar CEO NVIDIA, Jensen Huang: Saya Telah Menciptakan Banyak Miliarder
Administrasi Dunia Maya China (CAC), regulator internet nasional, menyatakan keprihatinan atas usulan kebijakan AS yang mengharuskan chip canggih yang dijual ke luar negeri memiliki fungsi pelacakan dan penentuan lokasi.
CAC juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah memanggil Nvidia untuk menjelaskan apakah chip H20 mengandung risiko "backdoor" yang dapat membahayakan data pengguna dan privasi warga China.
Hingga laporan ini diturunkan, Nvidia belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters.
Pada Mei lalu, Senator AS Tom Cotton mengusulkan rancangan undang-undang yang mengarahkan Departemen Perdagangan AS untuk mewajibkan mekanisme verifikasi lokasi pada chip AI yang tunduk pada pembatasan ekspor, sebagai upaya membatasi akses China terhadap teknologi semikonduktor canggih asal AS.
Langkah China terhadap Nvidia terjadi tidak lama setelah pemerintahan AS membatalkan larangan ekspor chip H20 ke China yang diberlakukan pada April lalu.
Chip H20 sendiri dikembangkan khusus untuk pasar China sebagai respons atas pembatasan ekspor chip AI yang diberlakukan AS sejak akhir 2023.
Baca Juga: 10 Perusahaan Paling Berharga di Dunia: NVIDIA Memimpin Jauh
Awal bulan ini, CEO Nvidia Jensen Huang melakukan kunjungan terbuka ke China untuk menunjukkan komitmennya terhadap pasar negara tersebut.
Dalam kunjungan itu, ia bertemu dengan pejabat pemerintah dan memuji kemajuan AI di China.
Namun, dalam pernyataannya, CAC tidak merinci jenis risiko keamanan yang dimaksud atau langkah lanjutan apa yang mungkin akan diambil oleh otoritas China.
Chip Nvidia dikenal sangat diminati, tak hanya oleh perusahaan teknologi China, tetapi juga oleh lembaga riset AI milik negara, universitas, hingga badan militer.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa Nvidia baru saja memesan 300.000 unit chipset H20 pekan lalu untuk memenuhi permintaan yang tinggi.
Otoritas China dan asosiasi industri sebelumnya juga pernah menuduh perusahaan teknologi AS menimbulkan risiko keamanan, dengan konsekuensi yang bervariasi.
Pada awal 2023, China melarang operator infrastruktur penting membeli produk dari Micron Technology setelah hasil investigasi menyatakan chip memori asal AS itu memiliki "risiko keamanan serius."
Baca Juga: Bisnis Reparasi Chip AI Nvidia di China Melonjak
Tahun lalu, Asosiasi Keamanan Siber China juga mendesak agar produk Intel yang dijual di negara tersebut menjalani peninjauan keamanan, meskipun belum ada tanggapan publik dari regulator terkait.
Selain itu, Nvidia juga sedang menghadapi penyelidikan antimonopoli di China.
Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar (SAMR) mengumumkan akhir tahun lalu bahwa pihaknya menyelidiki dugaan pelanggaran hukum antimonopoli oleh Nvidia, termasuk dugaan pelanggaran terhadap komitmen yang dibuat saat mengakuisisi perusahaan Israel, Mellanox Technologies, pada 2020.