kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Respons Zelenskiy Setelah Trump Sebut Dirinya Diktator


Kamis, 20 Februari 2025 / 21:47 WIB
Respons Zelenskiy Setelah Trump Sebut Dirinya Diktator
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menegaskan bahwa ia mengandalkan persatuan di dalam negeri dan di Eropa, serta mengharapkan pendekatan pragmatis dari Washington.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

Trump menuding Zelenskiy sebagai diktator dengan alasan bahwa Ukraina tidak menyelenggarakan pemilu akibat darurat militer yang diberlakukan sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022. Darurat militer ini memberikan kewenangan khusus kepada pemerintah untuk menangani situasi perang, termasuk larangan penyelenggaraan pemilu.

Zelenskiy terpilih sebagai presiden pada 2019 dengan masa jabatan yang seharusnya berakhir pada Mei tahun lalu. Namun, karena kondisi perang, pemilu tidak dapat dilaksanakan.

Pernyataan Trump memicu berbagai reaksi dari oposisi Ukraina. Mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko menyatakan bahwa Zelenskiy tetap merupakan pemimpin sah Ukraina hingga pemimpin baru terpilih. Ia juga menegaskan bahwa penyelenggaraan pemilu di masa perang tidak mungkin dan tidak bermoral, karena militer tidak dapat berpartisipasi.

"Hanya rakyat Ukraina yang berhak menentukan kapan dan dalam kondisi apa mereka harus mengganti pemerintahan mereka. Saat ini, kondisi tersebut belum terpenuhi!" tulisnya di Facebook.

Baca Juga: Trump Sebut Biden Bodoh Karena Izinkan Ukraina Pakai Senjata AS Serang Rusia

Valeriy Zaluzhnyi, mantan panglima militer Ukraina yang kini menjabat sebagai duta besar untuk London dan merupakan kandidat kuat dalam pemilu mendatang, menegaskan bahwa prioritas utama saat ini adalah memenangkan perang melawan Rusia, bukan menyelenggarakan pemilu.

Sementara itu, Petro Poroshenko, mantan presiden yang hubungannya dengan Zelenskiy kurang harmonis, tidak secara terbuka menolak seruan Trump untuk pemilu. Sebelumnya, Poroshenko menentang pemilu di masa perang demi menjaga persatuan nasional. Namun, kali ini ia memilih untuk diam setelah pemerintah Ukraina menjatuhkan sanksi kepadanya pekan lalu, sesuatu yang ia anggap sebagai ancaman terhadap persatuan nasional.

Iryna Herashchenko, anggota parlemen dari partai Poroshenko, menyerukan pembentukan pemerintahan persatuan nasional serta meminta Zelenskiy untuk menghentikan apa yang disebutnya sebagai "penindasan politik terhadap pihak oposisi."

Baca Juga: Trump Sebut Klaim Dirinya Menyerahkan Kepresidenan kepada Musk sebagai 'Hoaks'

Serhii Prytula, seorang dermawan yang mendukung militer Ukraina dan dianggap sebagai calon presiden potensial, mengimbau rakyat Ukraina untuk tidak terlalu memikirkan pernyataan Trump.

"Ingatlah bahwa di Ukraina, hanya kita, rakyat Ukraina, yang menentukan siapa diktator dan siapa yang bukan," tulisnya di media sosial X.

Selanjutnya: Antusiasme Tinggi! Hampir 80.000 Jemaah Telah Lunasi Biaya Haji 1446 H

Menarik Dibaca: Segera Cek Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Pada Jumat, 21 Februari 2025



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×