kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rio Tinto menolak kawin dengan Glencore


Rabu, 08 Oktober 2014 / 07:15 WIB
Rio Tinto menolak kawin dengan Glencore
ILUSTRASI. Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini (25/4) di Pegadaian Stagnan. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.


Sumber: Reuters | Editor: Dessy Rosalina

MELBOURNE. Kabar mengejutkan datang dari Rio Tinto. Raksasa pertambangan asal Australia ini resmi menolak proposal merger dari Glencore Plc. Penolakan Rio Tinto gagal membentuk raksasa pertambangan senilai US$ 160 miliar. Penolakan Rio Tinto dipicu oleh penurunan harga bijih besi, produk dengan margin tertinggi, yang terperosok ke level terendah selama lima tahun terakhir.

"Rio Tinto telah berkonsultasi dengan penasihat keuangan dan hukum. Hasilnya, merger bukanlah struktur terbaik bagi pemegang saham Rio Tinto," tulis Jac Nasser, Chairman Rio Tinto kepada regulator bursa saham Australia, Selasa (7/10). 
Nasser menambahkan, Rio Tinto bakal menerapkan strategi lain agar tetap tumbuh. Salah satunya adalah meningkatkan porsi kas sehingga mampu memberikan dividen lebih tinggi ke pemegang saham.

Rio Tinto akhirnya buka suara tentang rencana merger pasca Glencore dikabarkan tengah melobi Chinalco. Ini adalah perusahaan aluminium milik Pemerintah China yang merupakan pemegang 9,8% saham Rio Tinto. Analis menilai, sejumlah rintangan menghalangi merger antara Rio Tinto dan Glencore.

Analis Citi menilai, merger lebih menguntungkan Glencore. Sebab, pasca merger, Glencore akan dual listing. Posisi ini membuat merger Glencore dan Rio Tinto lebih menarik ketimbang penguasa pertambangan, BHP Billiton. "Penolakan Rio Tinto tidak mengejutkan sebab valuasi Rio sedang murah dikarenakan harga bijih besi terjatuh," tulis Citi dalam risetnya. 

Banyak hambatan

Hitungan Citi, merger bakal menghemat biaya produksi sebesar US$ 500 juta. Penghematan ini terjadi hanya lewat penggabungan produksi batubara Rio Tinto dan Glencore di Australia. Rintangan paling berat adalah pemegang saham Rio Tinto menuntut harga premium, meski harga bijih besi sedang murah.

"Kesepakatan harga merger akan adi tantangan berat bagi Glencore," ujar Jason Beddow, Managing Director Argo Investments. Pemegang saham Rio Tinto menyatakan, penurunan harga biji besi memicu valuasi lebih rendah 30% dari valuasi sesungguhnya.

Hitungan analis Bernstein, penurunan harga bijih besi per US$ 1, menyusutkan aset Rio Tinto sebesar US$ 1,5 miliar. Padahal bila merger tersebut jadi, akan membentuk perusahaan tambang terbesar dunia. Apalagi, di tahun lalu, Glencore sudah membeli perusahaan tambang asal Swiss, Xstrata.               




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×