kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.164.000   41.000   1,93%
  • USD/IDR 16.695   76,00   0,46%
  • IDX 8.125   85,16   1,06%
  • KOMPAS100 1.130   12,55   1,12%
  • LQ45 811   6,69   0,83%
  • ISSI 282   3,69   1,32%
  • IDX30 425   2,99   0,71%
  • IDXHIDIV20 489   5,53   1,14%
  • IDX80 124   1,36   1,11%
  • IDXV30 133   1,56   1,18%
  • IDXQ30 135   1,11   0,83%

Rupee India Anjlok ke Rekor Terendah, Tertekan Tarif AS dan Kenaikan Biaya Visa Kerja


Selasa, 23 September 2025 / 16:47 WIB
Rupee India Anjlok ke Rekor Terendah, Tertekan Tarif AS dan Kenaikan Biaya Visa Kerja
ILUSTRASI. Rupee India kembali melemah tajam pada Selasa (23/9), penyebabnya adalah kenaikan signifikan biaya visa kerja H-1B yang diumumkan pemerintah AS. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupee India kembali melemah tajam pada Selasa (23/9), menembus rekor terendah baru di level 88,62 per dolar AS, melampaui catatan sebelumnya di 88,4550 yang tercatat sekitar dua pekan lalu.

Pelemahan ini memperpanjang tren negatif mata uang India yang sudah tertahan oleh berbagai tekanan eksternal, mulai dari tarif perdagangan AS hingga kebijakan imigrasi yang berdampak langsung pada sektor teknologi informasi (TI).

Dampak Kenaikan Biaya Visa H-1B

Penyebab utama pelemahan terbaru adalah kenaikan signifikan biaya visa kerja H-1B yang diumumkan pemerintah Amerika Serikat. Visa ini banyak digunakan oleh pekerja profesional India, terutama di sektor TI.

Baca Juga: Biaya Visa Baru Trump sebesar Rp 1,6 Miliar Picu Kepanikan Pekerja Asing

Kenaikan biaya tersebut berpotensi:

  • Menghambat penempatan tenaga kerja India ke klien di AS,

  • Menekan profitabilitas perusahaan IT India,

  • Mengurangi minat investor asing terhadap saham-saham IT,

  • Menurunkan remitansi karena arus pekerja ke AS bisa berkurang, sehingga mengurangi aliran dolar ke India.

Tarif 50% AS Perburuk Outlook Ekspor

Tekanan pada rupee juga diperbesar oleh tarif impor AS sebesar 50% terhadap barang-barang India, tertinggi di antara negara Asia lainnya. Kondisi ini diperkirakan akan menggerus kinerja ekspor India sekaligus mempersempit ruang masuknya modal asing.

Menurut Dhiraj Nim, analis valas di ANZ Bank, kombinasi tarif tinggi dan kenaikan biaya visa menciptakan tekanan ganda pada rupee. “Kondisi ini negatif bagi aliran modal, khususnya di sektor IT,” ujarnya.

Sikap Bank Sentral India (RBI)

Meski demikian, Reserve Bank of India (RBI) dinilai masih memiliki ruang untuk membiarkan rupee melemah secara terkendali. Dengan inflasi diperkirakan stabil di 4–4,5% pada tahun fiskal 2026–2027, depresiasi moderat dinilai masih dapat ditoleransi.

Baca Juga: Kebijakan Baru Trump, Visa ke AS Ada Tambahan Biaya US$ 250

Bankir menyebut RBI melakukan intervensi terukur, yakni menjual dolar melalui bank-bank milik negara di sekitar level 88,50, sebelum membiarkan rupee melemah lebih jauh. Tujuannya, menjaga pelemahan tetap teratur dan tidak memicu kepanikan pasar.

Modal Asing Keluar Lebih dari $15 Miliar

Rupee India juga tertinggal dibanding mata uang Asia lainnya sepanjang 2025. Meskipun indeks dolar AS menurun dalam beberapa bulan terakhir, rupee gagal memanfaatkan momentum itu karena lemahnya prospek ekspor dan investasi asing.

Data menunjukkan bahwa investor asing telah menarik dana lebih dari $15 miliar dari pasar saham India sepanjang 2025, memperburuk defisit aliran modal dan menekan stabilitas rupee.

Selanjutnya: Nadiem Ajukan Pra Peradilan, Begini Respon Kejaksaan Agung

Menarik Dibaca: Suka Minum Sambil Berdiri? Ini 4 Bahayanya bagi Tubuh


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×