Sumber: Business Insider | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perubahan besar dalam program visa kerja H-1B Amerika Serikat (AS) menuai beragam reaksi di Silicon Valley.
Meski sempat menimbulkan kebingungan, dua tokoh penting dunia teknologi, CEO Nvidia Jensen Huang dan CEO OpenAI Sam Altman, justru menilai langkah tersebut bisa memberi arah positif.
Perubahan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menambahkan biaya pengajuan visa H-1B sebesar US$ 100.000 atau sekitar Rp 1,6 miliar.
Baca Juga: Adira Finance Catat Pembiayaan Modal Kerja Naik 12%, Sambut Positif Aturan Baru OJK
“Kita ingin semua orang dengan pikiran paling cemerlang datang ke Amerika Serikat. Ingat, imigrasi adalah fondasi dari mimpi Amerika, dan kami adalah representasi dari mimpi itu,” ujar Huang kepada CNBC, Senin (22/9/2025).
“Imigrasi sangat penting bagi perusahaan kami, juga bagi masa depan bangsa ini. Saya senang melihat langkah yang diambil Presiden Trump.”
Nvidia sendiri termasuk salah satu perusahaan dengan jumlah karyawan H-1B terbanyak di AS. Data Business Insider menunjukkan perusahaan itu memiliki 1.519 pengajuan H-1B dari total 36.000 karyawan secara global pada akhir tahun fiskal 2025.
Senada, Sam Altman menekankan pentingnya akses talenta terbaik dunia.
Baca Juga: Data Tenaga Kerja AS Turun di Juli 2025, Begini Efeknya
“Kita perlu mendapatkan orang-orang paling pintar ke negara ini. Mempercepat proses itu, sekaligus menyelaraskan insentif finansial, menurut saya adalah hal yang baik,” kata Altman.
Komentar keduanya disampaikan di sela pengumuman investasi raksasa Nvidia senilai US$ 100 miliar di OpenAI.
Sementara itu, kebijakan baru ini sempat menimbulkan ketidakpastian. Amazon dan Microsoft, misalnya, meminta para pegawai pemegang visa H-1B untuk tidak bepergian ke luar negeri, atau segera kembali jika sedang berada di luar AS.
Gedung Putih kemudian menegaskan bahwa biaya baru tersebut hanya berlaku untuk pemohon visa baru, bukan untuk pekerja yang sudah memiliki H-1B.
Baca Juga: Adira Finance Sambut Positif Rencana Pelonggaran DP Pembiayaan
Pemerintah beralasan, pungutan tinggi ini bertujuan memastikan visa hanya digunakan untuk menarik tenaga kerja berkeahlian tinggi, bukan untuk mengisi posisi yang bisa dikerjakan pekerja lokal.
Perusahaan teknologi besar seperti Amazon, Microsoft, Meta, Google (Alphabet), dan Apple, diketahui mempekerjakan ribuan tenaga kerja dengan visa H-1B.