kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Rusia Bombardir Pelabuhan Ukraina, Ancam Kapal dan Guncang Pasar Biji-bijian Dunia


Kamis, 20 Juli 2023 / 21:15 WIB
Rusia Bombardir Pelabuhan Ukraina, Ancam Kapal dan Guncang Pasar Biji-bijian Dunia
ILUSTRASI. Rusia meluncurkan gelombang besar serangan rudal di Ukraina setelah Kremlin menyalahkan Kyiv atas serangan terhadap armada Laut Hitam


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - MYKOLAIV. Eskalasi di Laut Hitam yang dilakukan Rusia telah mengguncang pasar biji-bijian dunia. Serangan udara berturut-turut selama tiga malam di pelabuhan Ukraina dan ancaman terhadap kapal-kapal tujuan Ukraina telah memicu tanggapan dari Kyiv.

Dalam serangan udara di pelabuhan, setidaknya 27 warga sipil dilaporkan terluka, dan gedung konsulat China di Odesa juga rusak akibat insiden tersebut.

Amerika Serikat mengungkapkan kekhawatiran atas peringatan Rusia kepada kapal-kapal, yang mengindikasikan potensi serangan di laut setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan PBB yang memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian. 

Ancaman kekerasan yang ditunjukkan Rusia untuk memberlakukan blokade kembali pada salah satu pengekspor makanan terbesar di dunia telah menyebabkan lonjakan harga global.

Baca Juga: Ancaman Rusia: Setiap Kapal ke Ukraina Bakal Dianggap Membawa Kargo Militer

Moskow menolak kesepakatan biji-bijian selama setahun tanpa persyaratan yang lebih menguntungkan untuk penjualan makanan dan pupuknya sendiri. Keputusan ini dianggap mengancam ketahanan pangan bagi orang-orang tertermiskin di dunia menurut PBB.

Kyiv berusaha untuk tetap melanjutkan ekspor tanpa keterlibatan Rusia, tetapi pelabuhan tidak beroperasi sejak Moskow menarik diri dari kesepakatan. Perusahaan asuransi juga ragu untuk menanggung risiko perdagangan di zona konflik.

Sejak keluarnya Rusia dari kesepakatan, Odesa dan Mykolaiv, dua kota pelabuhan terbesar di Ukraina, telah menjadi target serangan rudal. Serangan pada hari Kamis terlihat sebagai yang paling parah.

Gubernur Odesa, Oleh Kiper, memposting gambar gedung konsulat China yang rusak akibat serangan udara tersebut. Bangunan tersebut terletak di pusat kota Odesa, berseberangan dengan pelabuhan.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Tipis, Prospek Permintaan Masih Positif

Moskow menyatakan bahwa serangan pelabuhan merupakan balasan atas serangan Ukraina di jembatan Rusia ke Krimea pada hari Senin. Serangan balasan terus berlanjut dan telah mencapai semua sasaran di Odesa dan Mykolaiv menurut pernyataan militer Rusia pada hari Kamis.

Ancaman paling eksplisit datang dari militer Rusia yang mengumumkan bahwa semua kapal yang menuju perairan Ukraina mulai Kamis pagi akan dianggap membawa senjata, dan negara bendera kapal-kapal tersebut akan dianggap sebagai pihak dalam perang di pihak Ukraina. Pihak Rusia menyatakan bahwa bagian Laut Hitam tidak aman.

Kyiv menanggapi dengan mengumumkan tindakan serupa, menyatakan bahwa kapal-kapal yang menuju Rusia atau wilayah Ukraina yang diduduki Rusia juga akan dianggap membawa senjata.

Baca Juga: Perjanjian Black-Sea Grain Initiative Dihentikan, Bagaimana Efeknya ke INDF dan MYOR?

Washington menyebut ancaman Rusia sebagai upaya untuk membenarkan serangan terhadap kapal sipil di Laut Hitam dan menyalahkan Ukraina atas serangan tersebut. Mereka juga mencatat bahwa Rusia melepaskan ranjau baru ke laut.

Kondisi ini telah menciptakan ketegangan yang tinggi dan situasi yang sangat sensitif di kawasan tersebut, dengan potensi dampak besar pada perdagangan global dan stabilitas regional.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×