kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia Hentikan Pasok Gas Lewat Nord Stream 1, Eropa Makin Terancam Krisis Energi


Selasa, 19 Juli 2022 / 15:04 WIB
Rusia Hentikan Pasok Gas Lewat Nord Stream 1, Eropa Makin Terancam Krisis Energi
ILUSTRASI. Eropa bakal terancam krisis energi seiring dengan langkah Rusia yang tidak menjamin pasokan gas;Sumber foto : rp.pl


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - LONDON. Eropa bakal terancam krisis energi seiring dengan langkah Rusia yang tidak menjamin pasokan gas ke benua biru itu. Moskow kemungkinan tidak akan kembali membuka jalur pipa gasnya di Jerman, mengutip Reuters pada Selasa (18/7). 

Gazprom sebagai BUMN Rusia sekaligus pengelola gas ke berbagai negara Eropa telah melayangkan surat  dengan pernyataan keadaan luar biasa alias force majeure untuk pasokan mulai 14 Juni. Pengumuman ini muncul, satu minggu ketika pipa utama gas Rusia yang disebut Nord Stream (NS) 1 tengah mengalami perawatan tahunan. 

Pipa utama yang bermuara di Jerman ini, dijadwalkan akan selesai perawatan pada Kamis mendatang. Dus, ini akan menambah kekhawatiran di Eropa bahwa Moskow mungkin tidak akan mengaliri gasnya di jaringan pipa ini. 

Baca Juga: Eropa Makin Cemas, Gazprom Deklarasi Force Majeure atas Pasokan Gas dari Rusia

Banyak pihak menilai, langkah ini sebagai pembalasan atas sanksi yang dikenakan pada Rusia atas perang di Ukraina. Bila tidak ada gas, maka krisis energi yang berisiko semakin meningkat dan membawa kawasan Eropa ke jurang resesi.

Kendati demikian, Gazprom tidak menanggapi permintaan komentar. Pasokan gas Rusia telah menurun melalui rute-rute utama selama beberapa bulan. Termasuk melalui Ukraina dan Belarusia serta melalui pipa Nord Stream 1 di bawah Laut Baltik.

"Ini terdengar seperti petunjuk pertama bahwa pasokan gas melalui NS1 mungkin tidak akan dilanjutkan setelah pemeliharaan 10 hari berakhir. Tergantung pada keadaan luar biasa apa yang ada dalam pikiran untuk menyatakan force majeure, dan apakah masalah ini bersifat teknis atau lebih politis, itu bisa berarti langkah selanjutnya dalam eskalasi antara Rusia dan Eropa/Jerman," ujar Hans van Cleef, ekonom energi senior di ABN Amro.

Sedangkan salah satu importir gas Rusia terbesar di Jerman, Uniper termasuk di antara pelanggan yang mengatakan telah menerima surat. Perusahaan ini secara resmi menolak klaim sebagai tidak dapat dibenarkan.

Ada juga RWE sebagai produsen listrik terbesar Jerman dan importir gas Rusia lainnya, juga mengatakan telah menerima pemberitahuan force majeure.

Baca Juga: Permintaan Liquefied Natural Gas oleh Negara Eropa Sulit Dipenuhi Indonesia

"Harap dipahami bahwa kami tidak dapat mengomentari detailnya atau pendapat hukum kami," kata perusahaan itu.

Asal tahu saja, Gazprom memotong kapasitas Nord Stream 1 menjadi 40% pada 14 Juni. Tanggal ini telah disebutkan oleh  Gazprom dalam surat kepada pembeli akan menjadi awal force majeure.

Gazprom menyalahkan sanksi atas pengurangan itu, mengutip keterlambatan pengembalian turbin gas dari pemeliharaan di Kanada oleh pemasok peralatan Siemens Energy.

Kanada mengirim turbin untuk pipa ke Jerman dengan pesawat pada 17 Juli setelah pekerjaan perbaikan selesai, surat kabar Kommersant melaporkan pada hari Senin, mengutip orang-orang yang mengetahui situasi tersebut.

Diperlukan lima hingga tujuh hari lagi bagi turbin untuk mencapai Rusia, kata laporan itu, asalkan tidak ada masalah dengan logistik dan bea cukai. Kementerian ekonomi Jerman mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya tidak dapat memberikan rincian keberadaan turbin tersebut.

Namun juru bicara kementerian mengatakan itu adalah suku cadang pengganti yang dimaksudkan untuk digunakan hanya mulai September, yang berarti ketidakhadirannya tidak dapat menjadi alasan sebenarnya untuk penurunan aliran gas sebelum pemeliharaan.

Kelompok minyak dan gas Austria OMV, mengatakan pada hari Senin bahwa mereka mengharapkan pengiriman gas dari Rusia melalui pipa Nord Stream 1 untuk melanjutkan seperti yang direncanakan setelah pemadaman.

"Motivasi Gazprom tidak pasti, tetapi deklarasi tersebut tidak akan berdampak material pada lanskap saat ini," kata Zongqiang Luo, analis gas di konsultan Rystad Energy.

Uni Eropa, yang telah memberlakukan sanksi terhadap Moskow, bertujuan untuk berhenti menggunakan bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2027 tetapi ingin pasokan terus berlanjut untuk saat ini seiring dengan berkembangnya sumber-sumber alternatif.

Baca Juga: Moskow Peringatkan Pembatasan Harga Minyak Rusia Oleh G7 Justru Akan Kerek Harga Naik

"Rusia terus menggunakan gas alam sebagai senjata politik dan ekonomi. Pemerintahan Biden terus bekerja untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada bahan bakar fosil Rusia. pasar, menaikkan harga bagi konsumen dan mengancam keamanan energi global,” papar Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre, 

Bagi Moskow dan Gazprom, aliran energi adalah aliran pendapatan vital karena sanksi Barat atas invasi Rusia ke Ukraina, yang disebut Kremlin sebagai operasi militer khusus telah membebani keuangan Rusia. 

Menurut Kementerian Keuangan Rusia, anggaran federal menerima 6,4 triliun rubel atau setara dengan US$  114,29 miliar dari penjualan minyak dan gas pada paruh pertama tahun ini. Ini dibandingkan dengan 9,5 triliun rubel yang direncanakan untuk keseluruhan tahun 2022. Masa tenggang untuk pembayaran pada dua obligasi internasional Gazprom berakhir pada 19 Juli, dan jika kreditur asing tidak dibayar maka perusahaan secara teknis akan gagal bayar.




TERBARU

[X]
×