kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rusia tak berharap banyak atas kepemimpinan Presiden Ukraina baru Volodymyr Zelensky


Senin, 22 April 2019 / 20:55 WIB
Rusia tak berharap banyak atas kepemimpinan Presiden Ukraina baru Volodymyr Zelensky


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Moskow tak banyak berharap jika kepemimpinan Presiden Ukraina terpilih, Volodymyr Zelensky, dapat menjaga kawasan Slavia atas sanksi Eropa dan intervesi Amerika Serikat (AS) terkait konflik geopolitik Kiev – Moskow.

Ketua Majelis Komite Urusan Luar Negeri dari Parlemen Rusia, Konstantin Kosachyov, menulis dalam laman Facebooknya,Senin (22/4), jika saat ini yang bisa dilakukan Rusia adalah menunggu Zelensky mengambil langkah perdananya untuk menyelesaikan konflik.

“Hanya waktu yang akan menentukan apakah Zelensky akan beralih dari narasi yang disampaikannya saat kampanye presiden,atau benar-benar menjadi presiden dengan haknya sendiri,” tulis Kosachyov sebagaimana dilansir dari Bloomberg.

Sementara itu, Kepala Dewan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Rusia, Fyodor Lukyanov tegas menyampaikan bahwa kepemimpinan Zelensky tidak akan melahirkan kemajuan bagi Moskow.

“Kremlin akan menguji dan melihat bagaimana orang ini (Zelensky) mengendalikan negara. Namun saya tidak berpikir akan ada kemajuan dari sisi Moskow,” imbuhnya.

Tak ketinggalan, Gleb Pavlovsky, analis politik sekaligus penasihat politik Ukraina untuk Moskow memberikan pendapat, jika Zelensky tidak dapat membangun basis politiknya sendiri sampai akhir tahun ini, dia tidak akan mungkin membuat perubahan besar dalam kebijakan pemerintahan Ukraina.

Sebelum Ukraina menyelenggarakan pemilihan presiden, Rusia menawarkan paspor kepada warga yang tertinggal di daerah konflik, Ukraina Timur. Tak hanya itu, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, merespon pemilu Ukraina dengan mengumumkan sanksi perdagangan baru. Hal tersebut memiliki potensi menyalakan kembali ketegangan Moskow dengan Kiev.

Rencana Rusia tersebut, ditanggapi Wakil Kepala Pusat Teknologi Politik Moskow, Alexei Makarkin, jika Rusia hanya memiliki gerakan terbatas untuk mewujudkan rencana tersebut.

“Kedua belah pihak saling menuduh atas kegagalan perdamaian di Minsk. Sangat sedikit ruang lingkup untuk melahirkan terobosan baru,” jelas Makarkin sebagaimana dilansir dari Bloomberg.

Rusia sendiri mengklaim jika Ukraina tidak memberikan hak otonomi daerah yang dijanjikan di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di wilayah Donbas Timur, sebagaimana kesepakatan yang telah terjalin. Sedangkan Ukraina membalas, bahwa kontrol dunia internasional atas wilayah tersebut mampu mencegah distribusi senjata dan tentara Rusia. Hingga saat ini, proposal untuk menjaga pasukan perdamaian PBB pun masih menemui jalan buntu.

Melihat sengkarut ini, Direktur Moscow Carnaige Center, Dmitri Trenin, turut merespon, jika kemenangan Zelensky memang bukanlah kemenangan Kremlin.

“Namun, peluang untuk melonggarkan ketegangan di daerah Donbas dan memulai dialog yang bermakna mengenai pengaktifan daerah Minsk, sangat berpeluang untuk digali,” tulis Trenin melalui kicauan Twitter.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×