Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Setelah bertahun-tahun di mana suku bunga turun ke tingkat rendah secara historis, jatuhnya nilai mata uang dan melonjaknya imbal hasil telah mengejutkan market.
The Economist memberitakan, kondisi tersebut juga menimbulkan ancaman. Korea Selatan, misalnya, dengan segera mengerahkan cadangan devisanya untuk mencegah kejatuhan won yang kacau. Tidak hanya itu, pemerintah Korea Selatan telah menyatakan minatnya untuk membuka kembali jalur pertukaran dolar dengan The Fed, di mana Bank of Korea dapat dengan bebas menukar mata uangnya.
Di Inggris, di mana pemerintah telah mengumumkan program stimulus besar untuk melindungi warganya dari kenaikan harga energi, melonjaknya tingkat yield obligasi dan pelemahan sterling menyebabkan pengamat berbisik bahwa ekonomi mungkin berisiko kehilangan kepercayaan pasar.
Bahkan jika hasil terburuk dapat dihindari, kenaikan biaya kredit yang stabil akan mendinginkan investasi swasta dan mengikat tangan pemerintah yang mungkin telah menghabiskan lebih banyak dana untuk meningkatkan ekonomi mereka.
Di tengah pelemahan ekonomi Amerika, Powell memiliki lebih banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan, dan menyebabkan seluruh dunia menanggung rasa sakit.