Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Nina Dwiantika
KONTAN.CO.ID - SAO DOMINGOS DO MORTE. Di tengah kesibukan kawasan elit Oscar Freire di Sao Paulo, Brasil, secangkir espresso yang tampak biasa saja justru menyimpan cerita besar tentang perubahan lanskap industri kopi global. Espresso itu terasa creamy, beraroma kakao, namun tanpa keasaman khas arabika. Ternyata, seluruh racikan minuman tersebut berasal dari 100% biji robusta jenis kopi yang dulu dipandang sebelah mata, bakal menjelajah lidah para pecinta kopi dunia.
SELAMA puluhan tahun, robusta dianggap sebagai pemain kelas dua, yakni sekadar bahan pelengkap bagi kopi instan. Tetapi hari ini, di tangan para peracik kopi dan petani Brasil, robusta sedang bangkit dan menuntut pengakuan baru. Marco Kerkmeester, salah satu pendiri jaringan cafe Santo Grao memperkenalkan varian ini dengan nama yang menggoda 0% Arabica.
Perubahan itu tidak datang tiba-tiba. Di balik secangkir kopi tersebut ada cerita tentang ancaman iklim, adaptasi petani, dan pergeseran selera pasar global. Arabika primadona kopi dunia mulai terganggu keberlanjutannya. Suhu yang kian panas dan musim kering yang memanjang memaksa banyak lahan penghasil arabika terbaik kehilangan kesuburannya.
Sebuah studi pada 2022 memprediksi, lebih dari 75% lahan terbaik Brasil untuk arabika tidak lagi layak ditanami pada 2050. Ketika risiko itu menghantui, robusta hadir sebagai pilihan yang lebih tahan banting.
Di negara bagian Espirito Santo, pusat produksi robusta Brasil, para petani perlahan mengubah standar. Dulu banyak di antara mereka masih mengeringkan biji dengan api langsung, membuat rasanya penuh asap dan kurang bersih.
Baca Juga: De-Dolarisasi Makin Nyata: China Jadi Raja Baru Pasar Emas Global
Namun saat ini, proses pengeringan modern mulai menggantikan tungku kayu. Sortir biji kopi juga dilakukan lebih cermat, proses pascapanen ditingkatkan, dan para petani mulai mengincar sertifikasi kopi spesialti yang selama ini identik dengan arabika.
Espirito Santo bergerak cepat. Pemerintah daerah menargetkan produksi robusta spesialti mencapai 1,5 juta kantong per tahun pada 2032, lompatan raksasa dari hanya 10.000 kantong saat ini. Di tengah perubahan itu, para petani arabika pun ikut melirik robusta.
Kenaikan kualitas robusta Brasil mulai tercermin pada harga. Data eksportir menunjukkan bahwa harga robusta spesialti melesat menjadi rata-rata US$ 295 per kantong hingga Oktober, lebih tinggi dua kali lipat dari harga tahun 2021.
Di pasar berjangka, robusta melonjak lebih dari 80% sejak 2021, memikat para roaster untuk meningkatkan porsi robusta dalam campuran espresso mereka yang biasanya mahal.
Robusta sedang mencari identitasnya sendiri dan tampaknya menemukannya. Jordan Hooper, salah satu pedagang kopi hijau memandang, dulu orang mencoba membuat robusta seperti arabika.
Baca Juga: Zelenskiy: Perundingan Damai Ukraina dengan AS Berjalan Konstruktif, Tapi Tidak Mudah













