Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pejabat pertahanan AS menyebut saat ini kekuatan tempur Rusia di Ukraina sudah mulai menurun. AS menaksir jumlahnya turun hingga 90% dari tingkat pra-invasi Februari lalu.
Pihak AS sejak awal memperkirakan Rusia telah mengerahkan lebih dari 150.000 tentara di sekitar Ukraina sebelum invasi 24 Februari. Termasuk di antaranya adalah pesawat, artileri, tank, dan senjata lain untuk serangan skala penuh.
Kepada Reuters, pejabat pertahanan yang berbicara secara anonim ini tetap menyayangkan penurunan kekuatan terjadi setelah invasi Rusia menyebabkan banyak kehancuran dan menimbulkan banyak korban jiwa dari kalangan sipil.
Satu bulan sejak invasi dimulai, pasukan Rusia nyatanya belum berhasil menguasai satu kota pun di Ukraina. Namun, Rusia tetap membombardir kota-kota dengan artileri, rudal, dan bom. Banyak di antaranya mengenai warga sipil.
Baca Juga: Biden Yakin Rusia Masih Mempertimbangkan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina
Sebagian besar pemboman itu difokuskan di pelabuhan Mariupol di wilayah tenggara. Pejabat pertahanan AS melaporkan pasukan Angkatan Laut Rusia telah membombardir Mariupol dari Laut Azov selama 24 jam terakhir.
Invasi yang telah berlangsung selama satu bulan ini disebut telah memberikan kerugian pula bagi Rusia, terutama dari sisi ekonomi. Biaya perang yang tinggi kabarnya mulai membuat Rusia kesulitan.
AS telah memperingatkan bahwa Rusia mungkin mencari bantuan dari China. Meskipun demikian, pihak Gedung Putih mengatakan pihaknya belum melihat bukti China menyediakan peralatan militer ke Rusia.
"Kami terus melihat indikasi bahwa mereka sedang melakukan diskusi ini, dan bahwa mereka membuat rencana semacam itu baik dalam hal pasokan, dan juga penguatan," kata pejabat AS pada hari Selasa (22/3).
Baca Juga: Dibayangi Ancaman Bencana Kemanusiaan, Ukraina Tolak Serahkan Kota Mariupol
Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan negara itu terjebak dalam serbuan sanksi ekonomi dari seluruh dunia. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Barat yang tidak terpikirkan selama beberapa dekade.
Hingga saat ini pun Rusia masih belum melaporkan korban perang dari pihaknya. Laporan terakhir disampaikan pada 2 Maret, menunjukkan ada 498 prajurit tewas dan 1.597 terluka.
Namun, sejak saat itu pasukan Ukraina telah berhasil melakukan tekanan yang lebih berat sehingga korban dari pihak Rusia diperkirakan telah meningkat.