Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Organisasi nonprofit keamanan siber Security Alliance (SEAL) memperingatkan adanya peningkatan percobaan penipuan harian yang dilakukan hacker asal Korea Utara menggunakan panggilan Zoom palsu.
Melansir Cointelegraph Senin (15/12/2025), modus ini telah berhasil meraup lebih dari US$300 juta dari korban, menurut peneliti keamanan Taylor Monahan.
Baca Juga: Kremlin Tegaskan Status Netral Ukraina Jadi Syarat Utama Perdamaian
Cara Kerja Modus Zoom Palsu
Menurut Monahan, penipuan dimulai dengan pesan dari akun Telegram yang tampak dikenal korban.
Rasa percaya diri korban dimanfaatkan untuk mengundang mereka ikut panggilan Zoom.
“Hacker akan membagikan tautan sebelum panggilan yang tampak asli. Di sana korban bisa melihat orang yang dikenal dan beberapa ‘rekan’ mereka. Video-video itu bukan deepfake, melainkan rekaman asli yang diperoleh dari saat mereka diretas atau sumber publik seperti podcast,” jelas Monahan.
Setelah panggilan dimulai, hacker berpura-pura mengalami masalah audio dan mengirim file patch yang ternyata berisi malware.
Begitu file dibuka, perangkat korban langsung terinfeksi, sementara panggilan palsu dihentikan dengan alasan dijadwalkan ulang.
“Sayangnya, komputer Anda sudah dikompromikan. Mereka berpura-pura tenang agar tidak terdeteksi. Akhirnya, semua crypto, kata sandi, akun Telegram, dan data perusahaan atau protokol Anda bisa dicuri,” tambah Monahan.
Baca Juga: Direksi Tesla Raup US$3 Miliar dari Saham, Jauh Lampaui Big Tech Lain
Langkah yang Harus Dilakukan Jika Terkena
Monahan menekankan langkah-langkah segera jika seseorang tidak sengaja mengklik tautan dari panggilan Zoom mencurigakan:
- Putuskan koneksi WiFi dan matikan perangkat yang terinfeksi.
- Gunakan perangkat lain untuk mentransfer crypto ke wallet baru.
- Ganti semua kata sandi dan aktifkan autentikasi dua faktor.
- Lakukan wipe memory penuh pada perangkat yang terinfeksi sebelum digunakan kembali.
- Amankan akun Telegram: buka di ponsel, masuk ke pengaturan → perangkat → hentikan semua sesi lain, ubah kata sandi, dan aktifkan atau perbarui autentikasi multifaktor.
Baca Juga: Thailand Dijadwalkan Gelar Pemilu Parlemen pada 8 Februari 2026
Monahan menekankan bahwa hacker sering memanfaatkan akun Telegram yang diretas untuk menemukan dan menipu korban baru.
“Terakhir, jika akun Telegram Anda diretas, BERITAHU SEMUA ORANG SEGERA. Anda akan berisiko menipu teman-teman Anda juga. Singkirkan rasa malu dan beri peringatan kepada mereka,” pungkas Monahan.













