Sumber: BBC News | Editor: Dikky Setiawan
DAMASKUS. Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah, mengatakan, jumlah korban tewas akibat serangan roket pemberontak ke gudang amunisi di kawasan kota Homs pada Kamis (1/8) kemungkinan akan terus bertambah.
Data yang dihimpun lembaga tersebut menunjukkan, lebih dari 100 orang cidera akibat ledakan gudang amunisi tersebut. Sebagian besar dari korban ledakan mengalami luka serius.
Sejumlah saksi yang sempat merekam insiden serangan itu menggambarkan, serangkaian ledakan berlangsung selama lebih dari satu jam ketika roket menghantam gudang amunisi tersebut.
Warga kota Homs yang merekam menggunakan handycam meneriakkan kalimat takbir "Allahu Akbar", yang dalam bahasa Arab memiliki arti "Allah Maha Besar".
Kota Homs telah menjadi pusat serangan pemberontakan dalam dua tahun terakhir terhadap kepemimpinan Presiden Bashar al-Assad, di mana PBB mengatakan lebih dari 100.000 orang tewas akibat pertikaian kedua kubu tersebut.
Sebulan lalu, pasukan pemerintah melancarkan serangan untuk mengusir pemberontak dari Kota Homs, dan satu distrik utama berhasil direbut kembali pada hari Senin kemarin (28/7).
Dari serangan militer itu, pemerintah berhasil menguasai kawasan distrik di bagian timur dan barat Damaskus, serta wilayah utara Kota Aleppo.
Namun, para pengamat mengatakan, serangan roket yang meledakan gudang amunisi yang dioperasikan pendukung Assad menunjukkan pemberontak masih mampu memukul kembali pemerintah.
Pihak pemerintah pun tidak akan menyerah bagitu saja. Juli lalu, Presiden Bashar al-Assad optimistis, pemerintah akan meraih kemenangan dalam konflik sipil yang pecah sejak awal 2011 itu.
"Jika kita di Suriah tidak yakin kemenangan, kita tidak akan memiliki kemauan untuk bertekun dalam menghadapi agresi lebih dari dua tahun," kata Assad.