Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
MELBOURNE. Sejak terjadinya ledakan dua mesin beberapa hari lalu, reputasi Qantas Airwats Ltd dipertanyakan. Padahal sebelumnya, Qantas sudah membuktikan diri sebagai salah satu maskapai yang diperhitungkan di jagad penerbangan dunia.
Jika dihitung, ada dua kejadian penerbangan di mana Qantas harus mendarat secara darurat. Namun, dua-duanya tidak sampai menelan korban jiwa. Menurut Juru Bicara Qantas Olivia Wirth, dua kecelakaan mesin itu tidak berhubungan satu sama lain. Pasalnya, dua mesinnya berbeda model dan diservis di workshop yang berbeda. Fasilitas yang dimiliki Qantas di Melbourne menangani mesin 747, sementara workshop Deutsche Lufthansa AG di Jerman menangani mesin A380.
Sebelumnya, reputasi Qantas memang sangat diperhitungkan. Dalam film peraih Oscar berjudul Rain Man, lakon pemeran utama yang dibintangi Dusftin Hoffman menolak terbang dengan maskapai lain selain Qantas.
Selain itu, pembawa acara TV Oprah Winfrey juga berencana memberangkatkan sekitar 300 penonton setia Oprah ke Australia dengan menggunakan Qantas pada bulan depan. Namun, kejadian tersebut bisa mengancam gagalnya kesepakatan antara Oprah dengan Qantas.
Kini Qantas sepertinya harus berjuang keras untuk memperoleh kepercayaan konsumen dunia. "Banyak yang menyenangi terbang bersama Qantas karena mereka memiliki sejumlah pilot hebat dengan rekaman penerbangan yang fantastis. Namun, adanya kecelakaan ini membuat konsumen enggan memilih Qantas," papar Ronald Bishop, Senior Lecturer Central Queensland University di Australia.
Sebelum terjadinya kecelakaan, CEO Qantas Alan Joyce sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja maskapai. Salah satunya, meningkatkan keamanan penerbangan sehingga dapat mencegah konsumen untuk melirik maskapai lain seperti Singapore Airlines atau Emirates Airline.