Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - Hong Kong. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina telah mendistorsi bisnis global. Tapi, perang dagang ini justru berpotensi memberi keuntungan bagi sejumlah negara.
Seperti dilaporkan CNN, sebuah studi yang dilakukan badan PBB terkait perdagangan, investasi dan pembangunan, UNCTAD, perusahaan-perusahaan di Eropa, Meksiko, Jepang dan Kanada justru dapat meningkatkan transaksi ekspor senilai puluhan miliar dolar jika konflik ekonomi kedua negara terus berlarut-larut.
"Efek dari pengenaan tarif antara Amerika Serikat dan China akan menimbulkan distorsi. Lalu perdagangan bilateral kedua negara akan menurun dan digantikan oleh pasokan dari negara lain," kata Pamela Coke-Hamilton, Kepala Divisi perdagangan Internasional UNCTAD.
Studi ini memperingatkan bahwa pengenaan tarif tidak banyak membantu perusahaan domestik di Amerika Serikat maupun China. Bahkan jika mereka pada akhirnya menguntungkan eksportir di negara lain, aksi ini juga berisiko memicu serangkaian efek negatif di seluruh dunia.
Pemerintah AS dan China masih berdialog untuk mencapai kesepakatan sebelum 2 Maret nanti. Jika kedua negara ekonomi terbesar di dunia ini gagal mencapai kesepakatan sebelum batas waktu, Amerika Serikat telah mengancam untuk menaikkan tarif barang-barang dari China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%.
PBB memperkirakan, potensi hilangnya bisnis akibat pengenaan tarif ini bisa beralih menjadi peluang bisnis bagi negara lain.
Uni Eropa diperkirakan akan mendapatkan keuntungan terbesar yakni sekitar US$ 70 miliar dari terbukanya peluang ekspor baru. Hal itu karena ekonomi di blok ekonomi tersebut kompetitif secara global dan memiliki potensi paling besar untuk meningkatkan ekspor mereka.
Sementara Meksiko, Jepang, dan Kanada juga bisa menambah transaksi ekspor lebih dari US$ 20 miliar. "Tarif bilateral mengubah daya saing global untuk keuntungan perusahaan yang beroperasi di negara-negara yang tidak secara langsung dipengaruhi oleh kedua negara yang bertikai," tulis laporan PBB.
Tetapi keuntungan bagi beberapa negara dapat dirusak oleh aspek-aspek lain dari perang perdagangan. Perlambatan ekonomi Tiongkok dan volatilitas di pasar global telah menjadi bukti.
PBB menyebut pertarungan tarif yang berkelanjutan dapat makin membahayakan ekonomi global yang masih rapuh dengan mengganggu rantai pasokan global dan menyebabkan gejolak harga komoditas dan pasar keuangan.
Nah, hal ini pun bisa berbuntut pada makin banyaknya negara yang terlibat dengan mengenakan tarif mereka sendiri. Bahkan ketegangan perdagangan global dapat berubah menjadi perang mata uang.