Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Korban tewas di Turki sekarang mencapai 31.643 orang, melebihi korban tewas dalam gempa tahun 1939, kata Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat. Kondisi ini menjadikannya gempa terburuk dalam sejarah modern Turki.
Total korban tewas di Suriah, negara yang dilanda perang saudara selama lebih dari satu dekade, telah mencapai 5.714, termasuk mereka yang tewas di kantong pemberontak dan daerah yang dikuasai pemerintah.
Dapat dikatakan, ini adalah bencana alam paling mematikan keenam abad ini, setelah gempa tahun 2005 yang menewaskan sedikitnya 73.000 orang di Pakistan.
"Orang-orang tidak mati karena gempa, mereka mati karena tindakan pencegahan yang tidak dilakukan sebelumnya," kata Said Qudsi, yang melakukan perjalanan dari Kahramanmaras yang dilanda gempa dari Istanbul dan menguburkan paman, bibi dan kedua putranya. Sementara dua anak mereka anak perempuan masih hilang.
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengakui adanya masalah dalam tanggapan awal penanganan gempa. Akan tetapi dia mengatakan situasinya sekarang terkendali.
Puluhan penduduk yang berbicara dengan Reuters menyatakan mereka kebingungan atas kekurangan air, makanan, obat-obatan, kantong jenazah, dan derek di zona bencana. Banyak di antara mereka mengkritik respons yang terlalu lambat dan terpusat oleh Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD).
Baca Juga: Prediksi Terkini PBB: Jumlah Kematian Gempa Turki-Suriah Melampaui 50.000 Jiwa
Seruan untuk bantuan Suriah
Dana Moneter Internasional (IMF) menyerukan upaya internasional untuk membantu Suriah, di mana wilayah barat laut yang dikuasai pemberontak hanya menerima sedikit bantuan.
Hanya satu penyeberangan dari Turki ke Suriah yang sekarang dibuka untuk bantuan PBB, meskipun PBB mengatakan berharap untuk membuka dua pintu lagi.
Bantuan dari daerah yang dikuasai pemerintah ke daerah yang dikuasai kelompok oposisi garis keras telah diblokir.
Sebuah sumber dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah kelompok ekstremis yang menguasai sebagian besar wilayah tersebut, mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok tersebut tidak akan membiarkan pengiriman dari daerah yang dikuasai pemerintah dan bantuan akan datang dari Turki.
Ada rasa frustrasi yang tumbuh di kalangan pekerja bantuan dan warga sipil di daerah yang dikuasai pemberontak Suriah.
"Kami menyerukan sejak hari-hari awal malapetaka agar PBB untuk segera turun tangan," kata kepala koalisi oposisi yang didukung Turki, Salem al Muslet.