Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang akan memperluas sanksi terhadap Rusia dengan menargetkan pada lembaga keuangan dan ekspor peralatan militer Rusia. Langkah ini dilakukan sejalan dengan langkah Amerika Serikat, sebagai pembalasan setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Mengutip Reuters (25/2), Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan pada konferensi pers bahwa Tokyo akan membidik lembaga keuangan dan warga negara Rusia dengan sanksi, yang akan segera diberlakukan, serta menghentikan ekspor barang keperluan militer seperti semikonduktor.
Sebelumnya, Jepang juga sudah melarang penerbitan surat utang negara Rusia di Jepang dan membekukan aset beberapa warga negara Rusia.
Langkah Jepang dilakukan setelah AS juga memberlakukan sanksi baru setelah pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2) dalam serangan terbesar yang dilakukan oleh satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia II.
Untuk Jepang yang miskin sumber daya, dampak krisis yang paling langsung mungkin terlihat pada kenaikan harga bahan bakar.
Baca Juga: Presiden Ukraina: 137 Warga Ukraina Tewas Setelah Diserang Pasukan Rusia
Kishida mengatakan, Jepang akan melakukan yang terbaik untuk membatasi dampak ekonomi terhadap negaranya sendiri, termasuk dengan memastikan pasokan energi yang stabil.
Saat ini, Jepang memiliki cadangan minyak mentah dan cadangan gas alam cair (LNG) sekitar 240 hari untuk bertahan dua hingga tiga minggu. Pemerintah Jepang juga akan meningkatkan langkah-langkah untuk membendung kenaikan harga bahan bakar eceran.
"Sanksi ekonomi terhadap Rusia tidak akan secara langsung menghambat pasokan energi," kata Kishida.
Adapun, Jepang akan melepaskan minyak dari cadangan nasionalnya sesuai kebutuhan bekerja sama dengan International Energy Agency (IEA) dan negara-negara terkait.
Kishida menambahkan, dia berharap tindakan terkoordinasi dengan anggota lain dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) terhadap Rusia akan mengirim pesan untuk membendung agresi di Asia dan kawasan lain.