Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Serapan belanja modal perusahaan-perusahaan Jepang mengalami peningkatan pada kuartal III 2019. Pasalnya, para pengecer dan pedagang grosir berlomba meningkatkan investasinya menjelang kenaikan pajak penjualan yang dilakukan pada Oktober dan sejumlah pabrik mempertahankan sistem otamatisasi.
Belanja modal perusahaan di Jepang meningkat 7,1% pada kuartal III 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini memperpanjang kenaikan spending bisnis selama 12 bulan berturut-turut dana melampaui belanja modal kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh 1,9% YoY.
Baca Juga: Penjualan wafer Tango terdongkrak Viya, influencer kondang China
Investasi bisnis telah menjadi titik terang yang langka bagi ekonom Jepang karena perusahaan bergerak mendorong otomatisasi dalam melakukan produksi. Hanya saja, momentum dikhawatirkan dapat melambat secara signifikan pada kuartal IV ini.
Analis khawatir pada pedagang terlalu terburu-buru untuk berinvestasi dalam sistem pembayaran elektronik baru di kuartal III dengan tujuan cari untung atas diskon yang diberikan pemerintah untuk transaksi non tunai. Hal itu dinilai bisa memperlambat belanja modal di kuartal IV.
"Itu akan mengarah pada kemunduran, yang akan memberikan tekanan pada pengeluaran modal pada Oktober-Desember," kata Hiroshi Miyazaki, ekonom senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities dikutip Reuters, Senin (2/12).
Dampak negatif lainnya, ada risiko perselisihan tarif AS-Cina sehingga akan memengaruhi pengeluaran manufaktur. Miyazaaki bilang, ada kemungkinan pengeluaran bisnis akan menjadi negatif pada kuartal keempat dan menarik pertumbuhan ekonomi ke wilayah negatif.
Baca Juga: Balas AS, China tunda permintaan kapal perang Amerika kunjungi Hong Kong
Pemerintah Jepang resmi menaikkan pajak penjualan setelah sempat menunda sebanyak dua kali. Kenaikan pajak penjualan berlaku dari sebelumnya 8% menjadi 10% pada 1 Oktober 2019 lalu. Langkah ini ditempuh untuk memperbaiki keuangan Negeri Sakura.
Jepang terakhir kali mengerek pajak penjualan pada 2014 lalu, yaitu dari sebelumnya 5 persen menjadi 8%. Kenaikan pajak penjualan kala itu sempat melemahkan daya beli masyarakat secara drastis.
Untuk meringankan beban konsumen akibat kenaikan pajak penjualan itu, pemerintah menyiapkan dana 2 triliun yen untuk meluncurkan voucher belanja dan diskon untuk pembayaran tanpa uang tunai.
Sementara keuntungan dan penjualan perusahaan turun karena tekanan perang dagang yang berkepanjangan dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka-angka produk domestik bruto kuartal ketiga yang direvisi pada 9 Desember.
Baca Juga: Axios: Kesepakatan dagang AS-China mandek gara-gara UU HAM Hong Kong
Data-data yang dirilis awal bulan lalu menunjukkan ekonomi Jepang hampir berhenti selama Juli hingga September dengan pertumbuhan paling lemah dalam setahun dibandingkan China-AS. konflik perdagangan dan permintaan global yang lunak menurunkan ekspor.
Sederetan data suram sejak itu telah memicu spekulasi bahwa pemerintah dapat menyusun paket stimulus ekonomi berskala besar dengan pengeluaran fiskal melebihi US$ 92 miliar untuk menjaga pemulihan ekonomi yang rapuh tetap utuh.