Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Menyusul dilakukannya peluncuran rudal oleh Korea Utara pada Selasa (29/8) pagi kemarin, Amerika Serikat mulai merapatkan barisan. Amerika berencana mengirimkan kekuatan militernya ke Semenanjung Korea.
Berdasarkan laporan yang dikutip dari Korea Times, AS mempertimbangkan mengirimkan lebih banyak peralatan militer ke Semenanjung Korea, termasuk termasuk pesawat tempur, bom B-1B dan B-52, serta kapal perang seperti kapal perusak dan kapal selam AS.
Korps Marinir AS memang memiliki pesawat siluman varian F-35B yang ditempatkan di Jepang. Sebelumnya, delapan pesawat tempur sudah diterbangkan ke Korsel untuk latihan perang bersama. Selain itu, bom B-1B ditempatkan di Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam.
Seorang pejabat pertahanan AS yang namanya tak mau disebutĀ mengatakan kepada CNBC, militer terus memantau secara seksama perkembangan di Semenanjung Korea, namun pejabat tersebut tidak memberikan konfirmasi atas laporan bahwa lebih banyak perangkat keras militer dapat dikirim ke wilayah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan resminya kemarin, Presiden AS Donald Trump mengecam Pyongyang dan mengatakan bahwa "tindakan yang mengancam dan destabilisasi hanya akan meningkatkan isolasi rezim Korea Utara di wilayah ini dan di antara semua negara di dunia. Semua opsi ada di meja."
Menteri Pertahanan AS James Mattis dijadwalkan akan menggelar pertemuan bilateral pada Rabu (30/8) di Pentagon dengan Young-moo, menteri pertahanan Korsel.
Selain itu, ada juga spekulasi bahwa rezim Kim Jong Un tengah bersiap melakukan ujicoba nuklirnya yang keenam.
"Sangat sulit memprediksi apa yang akan dilakukan Korut. Namun, mereka sudah mengatakan hal-hal terkait pengujian kembali rudal, termasuk membicarakan tentang bom hidrogen," kata Matthew Bunn, ahli nuklir dari John F Kennedy School of Government Universitas Harvard.
Para ahli mengatakan, diciptakannya miniatur hulu ledak dari rudal menjadi salah satu alasan mengapa Korut ingin melanjutkan ujicoba senjata nuklirnya. Mereka mengatakan, besar kemungkinan rezim Korut akan menggelar ujicoba lagi di hari-hari besar nasional, seperti 9 September mendatang. Hari itu adalah hari kemerdekaan negara komunis tersebut.
"Melihat yang lalu-lalu, pemerintah Korut biasanya menggelar ujicoba rudal dan nuklir pada hari-hari bersejarah di negara tersebut atau sengaja menunjukkan aksinya kepada AS dengan menghelatnya pada 4 Juli atau melakukannya pada hari libur nasional Korea Selatan," jelas Nicholas Eberstadt, analis politik dari American Enterprise Institute.