Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Penutupan sebagian aktivitas pemerintah Amerika Serikat (AS) menambah ketidakpastian di tengah perdebatan soal arah inflasi, pasar tenaga kerja, dan daya beli konsumen.
Namun, jika melihat catatan sejarah, shutdown jarang menimbulkan dampak besar dan berkepanjangan terhadap perekonomian AS.
Sejak 50 tahun terakhir, terdapat 20 kali shutdown dengan rata-rata berlangsung 8 hari dan median 4 hari.
Baca Juga: Fitch: Shutdown AS Tak Akan Ganggu Sovereign Rating, Dampak ke PDB Hanya Marginal
Periode singkat itu dianggap tidak cukup lama untuk mengganggu roda perekonomian secara signifikan, meski menimbulkan hambatan bagi investor maupun pejabat ekonomi.
Salah satu dampak langsung adalah tertundanya publikasi data ekonomi resmi, termasuk laporan ketenagakerjaan bulanan BLS (Bureau of Labor Statistics).
Padahal, The Fed membutuhkan data tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan suku bunga pada pertemuan 28-29 Oktober mendatang.
“Ini menyulitkan karena kita tidak mendapatkan statistik resmi justru di saat sedang berusaha membaca arah transisi ekonomi,” ujar Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, kepada Fox Business, Selasa (1/10/2025).
Sebagai pengganti, para analis dan pejabat The Fed harus mengandalkan data dari sektor swasta, seperti laporan ADP.
Baca Juga: Shutdown AS Bikin Emas Bersinar, Terbang Menuju US$ 3.900
Terbaru, ADP melaporkan penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 32.000 pada September, menandai penurunan dalam tiga dari empat bulan terakhir.
Namun, data ADP kerap dianggap tidak akurat dibandingkan data resmi pemerintah.
Matthew Martin, Senior Economist Oxford Economics menilai, kondisi ini semakin mendorong pentingnya diversifikasi sumber data.
“Dengan pasar tenaga kerja yang melemah dan potensi kabut data akibat shutdown, kami memajukan proyeksi pemangkasan suku bunga Desember menjadi Oktober,” ujarnya.
Meski demikian, shutdown biasanya hanya memberi dampak terbatas.
Contohnya, shutdown terpanjang selama 35 hari pada 2018-2019 sempat menekan konsumsi rata-rata 0,3%, namun lebih dipengaruhi oleh faktor lain seperti meredupnya efek pemotongan pajak dan perang dagang dengan China.
Data historis juga menunjukkan klaim pengangguran baru dan tingkat pengangguran nasional relatif stabil selama periode shutdown.
Baca Juga: Penyebab Pemerintah AS Shutdown dan Dampaknya Terhadap Ekonomi
“Government shutdown memang merepotkan dan berantakan, tapi buktinya tidak banyak berpengaruh besar pada ekonomi,” ujar Scott Helfstein, Head of Investment Strategy Global X.
“Biasanya, aktivitas ekonomi yang hilang akan pulih pada kuartal berikutnya.”