Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Amerika Serikat resmi memasuki shutdown ke-15 sejak 1981, dan yang kedua di bawah Presiden Donald Trump. Penutupan ini disertai dengan ancaman Trump untuk kembali memangkas pegawai federal.
Sepanjang tahun ini, puluhan ribu pegawai telah diberhentikan. Minggu ini, lebih dari 150.000 pekerja federal akan meninggalkan daftar gaji pemerintah setelah menerima tawaran pensiun dini—menjadi eksodus terbesar dalam 80 tahun terakhir.
Bagi pelancong, dampaknya terasa langsung. Administrasi Penerbangan Federal (FAA) berencana memberhentikan sementara seperempat stafnya, yang berpotensi mengganggu jadwal penerbangan.
Tarif Baru Tetap Berlaku di Tengah Shutdown
Meskipun pemerintahan berhenti beroperasi, kebijakan ekonomi Trump tetap berjalan. Tarif baru atas truk besar, obat-obatan paten, dan sejumlah barang lainnya mulai berlaku hari Rabu ini. Pemerintah menegaskan bahwa pengumpulan tarif tidak akan terpengaruh oleh penutupan.
Baca Juga: Emas Tembus Rekor US$ 3.872 Rabu (1/10), Shutdown AS & Sinyal Rate Cut Jadi Pemicu
Langkah ini dikhawatirkan akan memperparah kondisi pasar tenaga kerja yang sudah melambat, sehingga menjadi pertimbangan utama bagi Federal Reserve. Investor kini menilai peluang pemangkasan suku bunga bulan ini mencapai 96%, naik dari 90% sehari sebelumnya.
Pasar Saham dan Emas Bergerak Kontras
Di pasar keuangan, futures S&P 500 dan Nasdaq turun 0,5% pada awal perdagangan. Meski kecil, penurunan ini terjadi setelah reli panjang pasar saham sepanjang tahun. Secara historis, dari 21 kali shutdown sebelumnya, indeks S&P mencatat 12 kali kenaikan dan 9 kali penurunan, dengan kenaikan median tipis 0,1%.
Sebaliknya, emas semakin menguat. Ketidakpastian politik dan ekonomi dimanfaatkan investor emas sebagai alasan untuk mencari aset di luar kendali pemerintah. Harga emas mencapai rekor baru di $3.875 per ons, sementara perak dan platinum juga naik tajam.
Perkembangan Pasar Asia
Perdagangan Asia berlangsung beragam. Bursa China libur sepanjang pekan untuk perayaan Hari Nasional. Indeks Nikkei Jepang turun 1%, sementara Taiwan naik 1% dan Korea Selatan menguat 0,8%.
Di pasar mata uang dan obligasi AS, pergerakan relatif tenang. Investor hanya khawatir pada “kekosongan data” akibat shutdown, karena laporan ketenagakerjaan resmi (non-farm payrolls) tidak akan dipublikasikan.
Data Ekonomi Jadi Sorotan
Sebagai gantinya, perhatian pasar tertuju pada laporan ketenagakerjaan ADP yang akan dirilis hari ini. Analis memperkirakan kenaikan 50.000 lapangan kerja sektor swasta, sejalan dengan pendinginan pasar tenaga kerja.
Sehari sebelumnya, laporan JOLTS menunjukkan pelemahan terutama pada tingkat perekrutan, meski penyebabnya masih diperdebatkan—apakah karena AI, tarif baru, atau faktor struktural lain.
Baca Juga: Dolar Melemah Rabu (1/10) Pagi, di Tengah Ancaman Shutdown Pemerintah AS
Di Eropa, inflasi zona euro untuk September diperkirakan naik menjadi 2,2% dari 2%. Risiko cenderung ke atas setelah inflasi Jerman dilaporkan lebih tinggi dari perkiraan.
Angka yang “panas” dapat memperkuat pandangan bahwa European Central Bank (ECB) telah selesai dengan siklus pelonggaran, serta bisa menjadi katalis untuk menguatkan euro.
Agenda Ekonomi Penting Hari Ini
-
Rilis data inflasi HICP zona euro (flash) untuk September
-
Survei ISM Manufaktur AS
-
Laporan ketenagakerjaan swasta ADP