Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar Amerika Serikat (AS) berada di dekat level terendah satu pekan terhadap sejumlah mata uang utama pada Rabu (1/10/2025).
Seiring meningkatnya kemungkinan terjadinya penutupan (shutdown) pemerintahan AS yang berpotensi menunda rilis data ketenagakerjaan penting.
Pendanaan pemerintah akan berakhir pada Selasa tengah malam waktu Washington (Rabu, 04.00 GMT), kecuali Partai Republik dan Demokrat mencapai kesepakatan darurat.
Baca Juga: Rupiah Masih Akan Dalam Tekanan pada Rabu (1/10)
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama termasuk euro dan yen, berada di level 97,869 pada pukul 00.03 GMT. Sebelumnya, indeks ini sempat menyentuh 97,633, level terendah sejak pekan lalu.
Presiden AS Donald Trump memperingatkan Demokrat di Kongres bahwa membiarkan pemerintah ditutup akan memberi peluang bagi pemerintahannya untuk mengambil tindakan "tidak dapat diubah," termasuk menutup sejumlah program penting bagi mereka.
Departemen Tenaga Kerja serta Perdagangan AS menyatakan bahwa lembaga statistik mereka akan menghentikan publikasi data jika shutdown terjadi.
Hal ini termasuk laporan ketenagakerjaan nonfarm payrolls pada Jumat mendatang, yang dipandang pasar sebagai indikator kunci dalam menilai peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada akhir bulan ini.
Pada perdagangan sebelumnya, laporan JOLTS (Job Openings and Labor Turnover Survey) menunjukkan pembukaan lapangan kerja di AS hanya naik tipis pada Agustus.
Sementara tingkat perekrutan menurun, menandakan pasar tenaga kerja yang mulai melemah.
Baca Juga: Bursa Asia Bergerak Campuran Rabu (1/10) Pagi, Investor Waspadai Potensi Shutdown AS
Tanpa data resmi, investor akan lebih banyak mengandalkan indikator ekonomi dari sektor swasta.
“USD kemungkinan akan kembali melemah hari ini jika dinamika politik mengarah pada shutdown yang berkepanjangan,” kata Joseph Capurso, Kepala Riset Valuta Asing Commonwealth Bank of Australia.
“Data ekonomi AS yang lebih lemah dapat semakin menekan dolar,” tambahnya.
Sementara itu, euro bergerak datar di US$ 1,1731 setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 24 September di US$ 1,1762.
Dolar AS naik tipis 0,1% ke 148,15 yen, setelah sebelumnya turun 1,2% dalam tiga hari berturut-turut.
Di Jepang, pelaku pasar cenderung mengabaikan rilis survei sentimen korporasi kuartalan Bank of Japan (BOJ) pada Rabu.
Padahal, survei ini dianggap penting untuk menentukan waktu dimulainya kembali kenaikan suku bunga.
Sejumlah pejabat BOJ dalam beberapa hari terakhir menunjukkan sikap lebih hawkish. Anggota dewan yang sebelumnya dikenal dovish, Asahi Noguchi, bahkan menyebut kebutuhan untuk memperketat kebijakan moneter kini semakin mendesak.
Baca Juga: Trump Tambah Panas Situasi, Shutdown Pemerintah AS Tinggal Hitungan Jam
Wakil Gubernur BOJ Shinichi Uchida dan Gubernur Kazuo Ueda dijadwalkan memberi pidato masing-masing pada Kamis dan Jumat.
Menurut data LSEG, pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang sebesar 39% bagi BOJ untuk menaikkan suku bunga 0,25 poin pada 30 Oktober.
Sementara itu, pemangkasan suku bunga The Fed sehari sebelumnya dipandang hampir pasti terjadi, dengan probabilitas sekitar 97%.