kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.295   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.821   -48,63   -0,71%
  • KOMPAS100 985   -10,02   -1,01%
  • LQ45 759   -5,83   -0,76%
  • ISSI 221   -1,59   -0,71%
  • IDX30 391   -4,32   -1,09%
  • IDXHIDIV20 455   -6,17   -1,34%
  • IDX80 111   -0,86   -0,77%
  • IDXV30 112   -1,48   -1,30%
  • IDXQ30 127   -1,34   -1,04%

Dolar Terpeleset Rabu (25/6), Optimisme Gencatan Senjata Israel-Iran yang Rentan


Rabu, 25 Juni 2025 / 09:07 WIB
Dolar Terpeleset Rabu (25/6), Optimisme Gencatan Senjata Israel-Iran yang Rentan
ILUSTRASI. Nilai tukar dolar AS kesulitan untuk pulih pada Rabu (25/6) karena para investor yang selama ini kekurangan sentimen positif, menyambut optimisme dari gencatan senjata rapuh antara Israel dan Iran sebagai alasan untuk kembali mengambil risiko REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar AS kesulitan untuk pulih pada Rabu (25/6) karena para investor yang selama ini kekurangan sentimen positif, menyambut optimisme dari gencatan senjata rapuh antara Israel dan Iran sebagai alasan untuk kembali mengambil risiko.

Pasar global merayakan kabar baik tersebut, dengan indeks saham dunia mencetak rekor tertinggi semalam, setelah gencatan senjata yang difasilitasi oleh Presiden AS Donald Trump mulai berlaku di antara dua musuh bebuyutan Timur Tengah itu.

Baca Juga: AS Mendadak Siapkan Bantuan Senilai US$ 30 Juta untuk Gaza

Baik Iran maupun Israel mengisyaratkan bahwa perang udara di antara mereka telah berakhir, setidaknya untuk sementara.

Setelah Trump secara terbuka menegur keduanya karena melanggar kesepakatan gencatan senjata yang ia umumkan sebelumnya.

Investor pun ramai-ramai melepas dolar AS, setelah sebelumnya memburunya sebagai aset lindung nilai selama 12 hari konflik yang juga melibatkan serangan Amerika Serikat ke fasilitas pengayaan uranium milik Iran.

Pergerakan mata uang relatif tenang pada perdagangan Asia Rabu pagi, namun euro tetap bertahan di dekat posisi tertingginya sejak Oktober 2021 di level US$1,1621, yang tercapai pada sesi sebelumnya.

Pound sterling melemah tipis 0,02% ke US$1,3615, tetapi masih dekat dengan puncaknya di US$1,3648 yang merupakan posisi tertinggi sejak Januari 2022.

Baca Juga: Jerome Powell: The Fed Butuh Waktu Sebelum Potong Suku Bunga, Ini Alasannya

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko, terakhir diperdagangkan menguat 0,02% di level US$0,6492, setelah melonjak tajam sehari sebelumnya.

Meski gencatan senjata antara Iran dan Israel tampak rapuh, pasar sejauh ini menyambut positif jeda konflik tersebut.

“Pasar tampaknya terlalu percaya diri terhadap potensi risiko negatif,” ujar Joseph Capurso, kepala ekonom internasional dan berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia.

“Yang saya tangkap adalah persoalan ini belum selesai, artinya bisa kembali memengaruhi harga komoditas dan pasar valuta asing.”

Untuk mata uang lain, dolar Selandia Baru naik 0,13% ke US$0,6015, sementara yen Jepang stabil di 144,96 per dolar AS.

Beberapa pembuat kebijakan Bank of Japan menyarankan agar suku bunga tetap dipertahankan dalam waktu dekat, dengan mempertimbangkan ketidakpastian dampak tarif AS terhadap ekonomi Jepang, menurut ringkasan rapat kebijakan Juni yang dirilis Rabu.

Baca Juga: Pernikahan Mewah Jeff Bezos–Lauren Sanchez di Venesia Tembus Rp 900 Miliar

Sementara itu, franc Swiss yang pada Selasa (24/6) mencapai level tertingginya dalam 10,5 tahun stabil di 0,8049 per dolar.

Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama melemah tipis menjadi 97,91.

Meski Ketua The Fed Jerome Powell mempertahankan sikap hati-hatinya dan menegaskan kembali bahwa bank sentral tidak terburu-buru menurunkan suku bunga dalam testimoninya di Kongres, pasar masih memperkirakan peluang sekitar 18% bahwa pemangkasan bisa terjadi pada Juli, menurut alat FedWatch milik CME.

“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi melambat dan perbaikan inflasi sektor jasa serta perumahan akan melawan dampak kenaikan tarif, memungkinkan pemangkasan (suku bunga) dimulai kembali pada September,” tulis analis ANZ dalam catatan risetnya.

Sejumlah data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan dalam beberapa pekan terakhir memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini, dengan kontrak berjangka menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga sekitar 60 basis poin hingga akhir tahun.

Baca Juga: Dedikasi Ekstrem Triliuner Muda Lucy Guo dan Budaya Kerja Intens di Dunia Teknologi

Data yang dirilis Selasa menunjukkan kepercayaan konsumen AS secara tak terduga menurun pada Juni karena kekhawatiran rumah tangga terhadap peluang kerja meningkat—indikasi lain bahwa pasar tenaga kerja mulai melemah.

Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun yang mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek turun ke level terendah dalam satu setengah bulan di 3,7870%.

Sementara imbal hasil obligasi tenor 10 tahun relatif tidak berubah di 4,3043%.

Selanjutnya: Rupiah Dibuka Menguat ke Rp 16.260 Per Dolar AS di Hari Ini (25/6)

Menarik Dibaca: Bank DBS Indonesia Luncurkan Blended Finance, Pendanaan Tanpa Jaminan Untuk UKM




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×