Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Perang udara antara Israel dan Iran memasuki hari keenam pada Rabu (18/6), dengan kedua negara kembali saling meluncurkan rudal.
Di tengah eskalasi konflik, Presiden AS Donald Trump menyerukan “penyerahan tanpa syarat” dari Iran, memperlihatkan posisi yang semakin tegas terhadap Republik Islam tersebut.
Militer Israel melaporkan dua gelombang rudal Iran ditembakkan ke wilayahnya pada Rabu dini hari. Ledakan terdengar di Tel Aviv.
Baca Juga: Siapa Lebih Perkasa? Ini Perbandingan Kekuatan Militer Iran vs Israel
Sebaliknya, Iran melaporkan serangan balasan Israel menghantam instalasi militer di sekitar Tehran dan Karaj.
Di tengah konflik, Trump menyampaikan peringatan keras melalui platform Truth Social miliknya.
"Kami tahu persis di mana 'Pemimpin Tertinggi' itu bersembunyi," tulis Trump, merujuk pada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
"Kami tidak akan menghabisinya (bunuh!) setidaknya belum untuk saat ini. Kesabaran kami mulai habis."
Hanya tiga menit kemudian, ia menulis dengan huruf kapital penuh: “PENYERAHAN TANPA SYARAT!”
Gedung Putih mengonfirmasi Trump telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa, meski belum ada keputusan resmi terkait keterlibatan langsung militer AS.
Namun, tiga pejabat AS menyebut Washington tengah mengirim tambahan jet tempur dan memperpanjang penempatan pesawat tempur lainnya di kawasan.
Baca Juga: Bursa Asia Cenderung Melemah di Pagi Ini (18/6), Terseret Ketegangan Israel-Iran
Iran Tertekan, Pengaruh Kawasan Melemah
Beberapa penasihat militer dan keamanan utama Khamenei dilaporkan tewas dalam serangan Israel, memicu kekosongan dalam lingkaran dalam kekuasaan Iran.
Media Fars melaporkan, otoritas siber Iran bahkan melarang penggunaan perangkat komunikasi dan ponsel oleh pejabat negara karena ancaman serangan siber yang massif.
Sementara itu, media Iran menyebut Israel telah meluncurkan "perang siber besar-besaran" terhadap infrastruktur digital Iran.
Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, Iran disebut mengalami penurunan pengaruh regional.
Sekutunya seperti Hamas, Hizbullah, dan milisi Houthi di Yaman terus digempur. Bahkan, Presiden Suriah Bashar al-Assad, sekutu dekat Iran, dilaporkan telah digulingkan dari kekuasaan.
Baca Juga: Trump Klaim Tahu Lokasi Persembunyian Khamenei, Minta Iran Segera Menyerah
Israel memulai serangan udara besar-besaran setelah menyimpulkan bahwa Iran "berada di ambang" pengembangan senjata nuklir. Iran membantah tuduhan ini dan menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.
Sementara Israel yang diyakini memiliki senjata nuklir namun tidak tergabung dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) menegaskan akan terus menggempur hingga program nuklir Iran dilumpuhkan.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan bahwa serangan Israel telah mengenai fasilitas pengayaan bawah tanah di Natanz.
Namun, situs Fordow yang berada di bawah pegunungan diyakini sulit dihancurkan tanpa keterlibatan militer AS secara langsung.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Naik Lebih dari 4%, Terseret Konflik Iran-Israel yang Meningkat
Korban dan Ketegangan Energi Global
Iran melaporkan sedikitnya 224 korban jiwa, sebagian besar warga sipil, sementara Israel mencatat 24 warga sipil tewas. Banyak warga dari kedua negara telah dievakuasi atau mengungsi.
Ketegangan ini juga berdampak pada pasar energi global. Serangan udara telah mengenai situs vital seperti ladang gas South Pars, yang merupakan ladang gas terbesar dunia dan dimiliki bersama Iran dan Qatar.