Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TEL AVIV/DUBAI/WASHINGTON. Ketegangan antara Israel dan Iran terus meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan serangan balasan yang menewaskan ratusan warga sipil dan memicu kekhawatiran dunia akan potensi konflik regional yang lebih luas.
Situasi ini dipastikan menjadi agenda utama dalam pertemuan para pemimpin negara-negara Kelompok Tujuh (G7) yang berlangsung pekan ini di Kanada.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Ketegangan Israel-Iran Picu Kekhawatiran Gangguan Pasokan
Serangan Balasan Meningkat
Menurut juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, setidaknya 224 orang tewas dalam empat hari serangan udara Israel, sebagian besar merupakan warga sipil.
Serangan ini diklaim bertujuan menghancurkan program nuklir dan rudal balistik Iran.
Militer Israel pada Senin dini hari waktu setempat menyatakan telah mendeteksi peluncuran misil baru dari Iran, yang ditanggapi dengan operasi pencegatan dan serangan balasan.
Ledakan terdengar di langit Tel Aviv dan Yerusalem, dengan korban jiwa di Israel mencapai setidaknya 10 orang, termasuk anak-anak.
Baca Juga: Bursa Asia Pasifik Menguat, Investor Cermati Data China dan Ketegangan Israel-Iran
Pertemuan G7: Upaya Cegah Eskalasi
Kanselir Jerman Friedrich Merz menegaskan bahwa konflik Israel-Iran akan menjadi prioritas utama pembahasan G7.
"Tujuan kami jelas: mencegah Iran memiliki senjata nuklir, mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, dan membuka ruang diplomasi," ujarnya, Senin (16/6).
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyatakan harapan agar konflik dapat diredam melalui kesepakatan.
"Saya pikir saatnya untuk sebuah perjanjian. Kadang memang mereka harus bertempur dulu," katanya sebelum bertolak ke KTT.
Namun, upaya mediasi dari Qatar dan Oman sejauh ini menemui jalan buntu. Sumber Reuters menyebut Iran menolak gencatan senjata selama masih diserang Israel.
Baca Juga: Meningkatnya Konflik Iran-Israel Berpotensi Berdampak Terhadap Asuransi Marine Cargo
Serangan Siang Hari dan Dampak Global
Minggu kemarin menjadi kali pertama Iran meluncurkan serangan misil pada siang hari ke wilayah Israel, memicu kepanikan di sejumlah kota termasuk Haifa dan Bat Yam.
Di Iran, api besar melalap depot bahan bakar di Teheran setelah Israel menggempur sektor minyak dan gas Iran, langkah yang dapat berimplikasi besar terhadap ekonomi global.
Harga minyak mentah Brent sempat melonjak hingga US$4 sebelum stabil di level US$75,39 per barel, sementara pasar saham dan mata uang relatif tenang.
"Untuk saat ini, ini lebih berdampak ke harga minyak ketimbang ke pasar saham," ujar Jim Carroll, manajer investasi di Ballast Rock Private Wealth.
Baca Juga: Waspadai Konflik Iran - Israel, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini
Trump Veto Target Khamenei
Dalam laporan eksklusif Reuters, dua pejabat AS mengungkap bahwa Trump sempat memveto rencana Israel untuk menargetkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
PM Israel Benjamin Netanyahu tidak membantah atau mengonfirmasi laporan itu.
"Kami akan terus melakukan apa yang perlu dilakukan," ujarnya dalam wawancara di Fox News.
Israel memulai serangan pada Jumat lalu dengan menghancurkan komando militer utama Iran dan fasilitas nuklirnya.
Iran membalas dengan janji akan "membuka gerbang neraka" terhadap Israel.
Serangan terbaru juga menewaskan Kepala Intelijen Garda Revolusi Iran Mohammad Kazemi dan wakilnya di Teheran, menurut kantor berita semi-resmi Tasnim.
Baca Juga: Ketegangan Israel-Iran Guncang Pasar Minyak, Investor Waspada Gejolak Baru
AS Bantu Pertahanan Israel, Tapi Ingatkan Iran
Trump memuji ofensif Israel namun membantah keterlibatan militer langsung AS.
Meski begitu, dua pejabat AS menyebut bahwa militer AS telah membantu mencegat misil Iran yang mengarah ke Israel.
Trump kembali menegaskan bahwa Iran bisa mengakhiri perang dengan menerima pembatasan ketat atas program nuklirnya, sesuatu yang selama ini ditolak Teheran.