Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah mendorong investor global beralih ke aset safe haven seperti emas, obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), dan dolar.
Sementara harga minyak melonjak tajam setelah Iran membalas serangan udara terbesar Israel dengan meluncurkan rudal ke wilayah Israel pada Jumat (13/6).
Konflik memuncak setelah Israel menghantam situs nuklir bawah tanah Natanz dan membunuh sejumlah komandan militer senior Iran.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Tembus US$3.428 Jumat (13/6), Terdorong Ketegangan Israel-Iran
Tak lama berselang, ledakan terdengar di Jerusalem dan Tel Aviv akibat serangan balasan Iran, memicu kekhawatiran potensi konflik kawasan yang lebih luas.
“Kita memasuki fase baru konflik ini dengan respons dari Iran,” kata Jim Baird, CIO Plante Moran Financial Advisors.
Ia menilai eskalasi dapat memicu peralihan lebih besar ke aset aman jika tekanan di pasar saham terus berlanjut.
Safe Haven Naik, Saham Wall Street Terkoreksi
Indeks saham utama di Wall Street, Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq ditutup melemah lebih dari 1% pada Jumat.
Sementara itu, harga emas spot naik lebih dari 1% dan indeks dolar AS menguat sekitar 0,5%, kembali memainkan perannya sebagai pelindung nilai di tengah ketegangan global.
Baca Juga: Ketegangan Iran–Israel Meledak, Investor Panik Borong Emas! Harga Menuju Rekor Baru?
Imbal hasil (yield) obligasi AS juga naik seiring ekspektasi bahwa lonjakan harga energi dapat memicu inflasi baru, mengganggu prospek pelonggaran suku bunga The Fed.
“Kenaikan harga minyak membuat obligasi pemerintah AS jadi kurang menarik,” ujar Jack Janasiewicz dari Natixis Investment Managers.
Lonjakan Harga Minyak, Tapi Masih di Bawah US$80
Harga minyak Brent sempat melonjak hingga 13% intraday, namun ditutup naik 7% di US$74,23 per barel, masih jauh dari ambang kritis US$100.
Analis menilai, dampak jangka panjang pada ekonomi AS masih terbatas selama infrastruktur energi tidak dihantam atau Selat Hormuz tidak diblokade.
“Kami tak melihat dampak besar ke pasar saham AS kecuali harga minyak tembus US$100, yang akan menekan konsumsi rumah tangga,” kata Irene Tunkel, Kepala Strategi Ekuitas AS di BCA Research.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Ditutup Naik 7% Jumat (13/6), Brent US$74,23 dan WTI ke US$72,98
Iran adalah produsen minyak besar dan berbatasan langsung dengan Selat Hormuz, jalur penting yang dilalui sekitar 20% konsumsi minyak global.
Penutupan selat tersebut dapat memicu lonjakan harga energi secara global, namun juga akan merugikan Iran yang sangat bergantung pada ekspor minyak via laut.
Risiko Pasar: Eskalasi vs Komplacensi
Beberapa pelaku pasar memperingatkan risiko komplacensi, mengingat pasar keuangan cenderung cepat ‘melupakan’ ketegangan geopolitik jika tidak segera memburuk.
“Situasi ini sangat genting, tapi harga aset berisiko masih mencerminkan kondisi ideal,” kata James Athey, manajer portofolio fixed income di Marlborough.
Meski demikian, sejarah menunjukkan bahwa dampak jangka panjang dari konflik geopolitik seringkali terbatas bagi pasar finansial global, kecuali jika perang meluas dan menyasar sumber-sumber energi utama.