Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas bursa saham Asia menguat pada perdagangan Senin (29/9/2025), sementara dolar AS melemah seiring kekhawatiran pasar terhadap potensi penutupan (shutdown) pemerintah Amerika Serika (AS)t.
Jika terjadi, langkah ini berisiko menunda publikasi data tenaga kerja September dan sejumlah indikator ekonomi penting lainnya.
Presiden Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Demokrat dan Republik di Kongres pada Senin untuk membahas perpanjangan pendanaan pemerintah.
Baca Juga: Harga Emas Kembali Cetak Rekor Baru US$ 3.798 Senin (29/9), di Picu Pelamahan Dolar
Tanpa kesepakatan, shutdown akan dimulai pada Rabu, bertepatan dengan diberlakukannya tarif baru AS untuk truk berat, farmasi, dan sejumlah produk lainnya.
Penutupan berkepanjangan dapat membuat Federal Reserve kekurangan data resmi saat menggelar rapat kebijakan pada 29 Oktober mendatang.
“Jika shutdown berlanjut hingga rapat The Fed, bank sentral kemungkinan hanya akan mengandalkan data swasta dalam mengambil keputusan.
Hal ini berpotensi sedikit mengurangi peluang pemangkasan suku bunga pada Oktober, meski dampaknya relatif kecil,” tulis analis Bank of America (BofA).
Saat ini, pasar memperkirakan peluang 90% The Fed memangkas suku bunga pada Oktober, serta sekitar 65% peluang penurunan lanjutan pada Desember.
Menurut BofA, shutdown hanya akan mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1 poin persentase per pekan, dengan dampak minim terhadap pasar keuangan.
Baca Juga: Ekspor Mobil Listrik BYD Diproyeksi Sumbang 20% Penjualan Global Tahun Depan
Namun, jika penutupan digunakan pemerintah untuk melakukan PHK permanen, maka hal itu berisiko memengaruhi data ketenagakerjaan dan kepercayaan konsumen.
Di sisi lain, perhatian investor juga tertuju pada pertemuan para jenderal dan laksamana AS di Quantico, Virginia, pada Selasa.
Pertemuan yang dipimpin Menteri Pertahanan Pete Hegseth ini dikabarkan akan dihadiri langsung oleh Trump.
Kuartal IV Biasanya Positif untuk Pasar Saham
Secara musiman, kuartal IV cenderung positif bagi pasar saham. Data historis menunjukkan indeks S&P 500 mencatat kenaikan 74% pada periode ini.
Kontrak berjangka S&P 500 naik 0,2%, sementara Nasdaq futures menguat 0,3%. EUROSTOXX 50 futures, FTSE futures, dan DAX futures masing-masing menambahkan 0,3%.
Baca Juga: Adopsi Bitcoin Global Masuki Fase ‘Tiba-tiba’: Apa Artinya?
Di Asia, indeks Nikkei Jepang melemah 0,8%, tetapi masih mencatat kenaikan 5% sepanjang September.
Pasar menunggu hasil pemilihan pemimpin baru Partai Demokrat Liberal (LDP) akhir pekan ini, yang akan berimplikasi pada kebijakan fiskal dan moneter.
Indeks saham Korea Selatan melonjak 1,3%, membawa kenaikan bulanan hingga 7,6%.
Sementara itu, MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,4%, sehingga total kenaikan bulan ini mendekati 4%. Saham unggulan China (blue chips) naik 0,7% menjelang libur panjang Golden Week.
Di pasar obligasi, imbal hasil US Treasury 10 tahun bertahan di 4,16% setelah pekan lalu ditekan oleh data ekonomi AS yang kuat.
Baca Juga: Rupiah Pimpin Penguatan Mata Uang Asia di Awal Pekan Senin (29/9)
Mata Uang dan Komoditas
Indeks dolar AS turun 0,2% ke level 97,952. Euro menguat tipis ke US$1,1726, sementara yen menguat 0,4% ke 148,92 per dolar setelah sempat melemah lebih dari 1% pekan lalu.
Di pasar komoditas, emas kembali menanjak dan menyentuh rekor baru di US$3.798 per troi ons.
Harga minyak justru terkoreksi setelah aliran minyak dari wilayah semi-otonom Kurdistan, Irak, menuju Turki kembali dibuka untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun.
Brent turun 0,8% menjadi US$69,73 per barel, sedangkan minyak mentah AS melemah 0,7% ke US$65,27 per barel.
Reuters melaporkan OPEC+ kemungkinan akan menyetujui peningkatan produksi tambahan setidaknya 137.000 barel per hari dalam pertemuan Minggu mendatang.