Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Adopsi Bitcoin oleh negara-bangsa diperkirakan segera memasuki fase percepatan yang tiba-tiba setelah melewati tahap awal yang berjalan lambat. Hal ini diungkapkan oleh Samson Mow, pendiri perusahaan infrastruktur Bitcoin Jan3.
“Kita sudah berada di akhir fase bertahap (gradually), dan kini memasuki awal fase tiba-tiba (suddenly),” kata Mow dalam podcast What Bitcoin Did di YouTube, Sabtu (27/9/2025) dilansir dari laman Cointelegraph.
Baca Juga: Korea Selatan Buka Akses Bebas Visa bagi Turis Grup dari China
Menurutnya, semakin banyak negara kini bersiap untuk mempercepat adopsi Bitcoin, terutama dengan konsep cadangan strategis Bitcoin (Strategic Bitcoin Reserve).
“Perubahan ini biasanya terjadi sangat cepat… hanya masalah waktu sebelum kita melihat lonjakan besar dan kepanikan FOMO dari negara-bangsa,” tambahnya.
AS dan Rencana Cadangan Strategis Bitcoin
Mow menyoroti bahwa meskipun Presiden AS Donald Trump sudah menandatangani perintah eksekutif untuk membentuk Strategic Bitcoin Reserve, pemerintah AS belum mulai membeli Bitcoin.
Namun, ia menyebut AS tetap “mendorong maju” rencana akuisisi Bitcoin yang bersifat budget-neutral serta RUU Bitcoin Act.
Baca Juga: Singapura dan UEA Jadi Negara Paling Obsesi Kripto di Dunia, Indonesia Masuk 10 Besar
Alex Thorn, Kepala Riset Galaxy Digital, baru-baru ini juga menilai kemungkinan besar pemerintah AS akan membentuk cadangan strategis Bitcoin pada akhir tahun ini.
Saat ini, data Bitbo menunjukkan pemerintah AS memegang 198.012 Bitcoin, jumlah terbesar dibanding negara lain.
Mow bahkan memperingatkan risiko AS didahului oleh negara lain. “Risikonya adalah AS bisa di-front-run oleh Pakistan,” ujarnya.
Fokus ke Amerika Latin
Selain AS, Mow juga optimistis terhadap pergerakan signifikan dari kawasan Amerika Latin, yang disebutnya sebagai wilayah paling prospektif untuk adopsi Bitcoin oleh negara-bangsa.
Lembaga keuangan global pun melihat tren serupa. Fidelity Digital Assets dalam laporan riset Januari lalu memprediksi semakin banyak negara, bank sentral, hingga dana kekayaan negara (sovereign wealth funds) akan menempatkan Bitcoin sebagai aset strategis.
Harga Bitcoin Masih Tertahan
Meski begitu, Mow mengakui harga Bitcoin tahun ini tidak sesuai ekspektasi pasar.
“Seharusnya kita sudah melihat reli besar… tapi tampaknya siklus ini tertunda dan bisa bergeser ke tahun depan,” katanya.
Baca Juga: Pasar Kripto Terkoreksi, Strategi Beli Bertahap Jadi Opsi Aman Investor?
Pandangan ini sejalan dengan Chief Investment Officer Bitwise, Matt Hougan, yang pada Juli lalu memperkirakan 2026 justru akan menjadi tahun penguatan besar Bitcoin.
Hingga berita ini ditulis, harga Bitcoin berada di level US$ 109.400, turun 1,97% dalam 30 hari terakhir menurut CoinMarketCap.
Mow sebelumnya bahkan sempat menyebut target harga Bitcoin US$ 1 juta “hanya soal waktu, bisa tahun ini atau tahun depan.”