Sumber: CNBC | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Notulen rapat yang dirilis pada Rabu (16/7) menunjukkan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) terpecah soal kapan waktu yang tepat untuk kembali mengerek suku bunga. Satu kubu masih mengkhawatirkan tingkat inflasi yang rendah. Kubu yang lain mengkhawatirkan risiko jika kenaikan suku bunga ditunda.
Pada notulen rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Juli, para pejabat bank sentral mengatakan bahwa inflasi pada akhirnya akan mencapai target 2%. Tapi angka ini masih sangat jauh. Bulan lalu, FOMC menahan suku bunga acuan di level 1%-1,25%.
Beberapa pejabat bank sentral mengungkapkah kekhawatiran soal inflasi yang menurun dalam beberapa bulan. "The Fed harus bersabar di tengah kondisi ini," ungkap kubu yang masih berniat menahan suku bunga. Kubu ini ingin menahan suku bunga hingga angka inflasi naik sesuai menuju target.
Kubu lain mengingkatkan bahwa lapangan kerja sudah mencapai level terbaik dan diprediksi akan mengetat. Suku bunga yang tetap bertahan bisa memicu ketidakstabilan finansial.
Laju inflasi tahunan AS mencapai 1,5%. Angka inilah yang masih menahan kenaikan suku bunga AS.
Soal rencana The Fed lainnya, yakni penurunan aset bank sentral yang telah mencapai US$ 4,5 triliun. Anggota FOMC setuju bahwa pengurangan neraca The Fed harus segera dimulai. Para pengamat memperkirakan bahwa bank sentral akan mengumumkan penurunan nilai aset ini pada September mendatang dan memulai penurunan setelah itu.
Para pejabat The Fed, dalam notulen rapat, mengungkapkan keraguan atas dukungan ekonomi dari sisi fiskal. Presiden Donald Trump yang dulu mengampanyekan reformasi pajak dan belanja infrastruktur tampaknya belum sepenuhnya merealisasikan rencana. "Beberapa partisipan mencatat ketidakpastian arah kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan fiskal, perdagangan, kesehatan telah menahan belanja dan rencana penambahan tenaga krja oleh perusahaan-perusahaan AS," ungkap notulen rapat.