Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – LONDON. Poundsterling mencatatkan kinerja impresif pada Senin (30/6), berada di jalur kenaikan kuartalan terbesar terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam lebih dari dua tahun.
Kinerja kuat mata uang Inggris ini didorong oleh pelemahan dolar secara global serta optimisme pasar terhadap kesepakatan dagang antara Inggris dan AS.
Pound menjadi salah satu mata uang yang paling diuntungkan dari sentimen "sell America" yang mendominasi pasar dalam enam bulan terakhir.
Baca Juga: Melemah Hari Ini (30/6), Kurs Rupiah Masih Menguat Sepanjang Bulan Juni 2025
Kekhawatiran pasar terhadap gaya kebijakan Presiden AS Donald Trump yang dinilai tidak menentu meningkatkan kecemasan akan potensi resesi di AS yang bisa berdampak pada perekonomian global.
Sepanjang kuartal II-2025, sterling menguat sekitar 6% terhadap dolar AS, merupakan kinerja kuartalan terbaik sejak Oktober 2022. Jika dihitung sejak awal tahun, mata uang ini telah menguat lebih dari 9%.
Pada perdagangan Senin, pound sempat berfluktuasi tipis antara penguatan dan pelemahan, dan terakhir tercatat turun 0,1% di level US$1,3705, setelah reli signifikan dalam dua pekan terakhir.
Sementara terhadap euro, sterling juga melemah, dengan euro menguat 0,2% menjadi 85,59 pence.
Optimisme investor terhadap aset Inggris juga meningkat seiring kesepakatan dagang dengan AS.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,27% ke Rp 16.238 per Dolar AS pada Senin (30/6)
Inggris menjadi negara pertama yang berhasil menandatangani perjanjian dagang dengan AS di tengah ketidakpastian kebijakan global.
Perjanjian tersebut termasuk penurunan tarif atas sejumlah produk industri asal Inggris, yang mulai berlaku pada Senin (30/6).
"Inggris menjadi negara yang paling awal menyepakati kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat. Meskipun masih ada ketidakpastian di beberapa sektor, hal ini tetap memberi kestabilan baru dalam hubungan dagang Inggris-AS," ujar Susannah Streeter, analis pasar senior di Hargreaves Lansdown.
"Ini juga menjadi pembeda dibandingkan Uni Eropa, yang hingga kini belum memiliki kesepakatan serupa," tambahnya.
Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi Inggris tumbuh pada laju tercepat dalam setahun pada kuartal I-2025.
Namun, tanda-tanda pelemahan permintaan konsumen mulai muncul dan dapat menjadi tantangan dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga: Bank Sentral Banyak Tinggalkan Dolar AS,Pamor Greenback sebagai Safe Haven Terancam?
Pasar kini memperkirakan Bank of England akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin hingga akhir 2025, dengan pemangkasan pertama diperkirakan terjadi pada September, berdasarkan data dari LSEG.
Tak hanya mata uang, aset Inggris lainnya juga mencatat kinerja positif. Indeks FTSE 250 yang banyak berisi saham domestik diproyeksi menutup kuartal ini dengan kinerja terbaik sejak Oktober 2020.