kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Stimulus fiskal sudah mencapai US$ 8 triliun belum cukup melawan corona


Kamis, 23 April 2020 / 13:52 WIB
Stimulus fiskal sudah mencapai US$ 8 triliun belum cukup melawan corona
ILUSTRASI. Seorang perempuan yang sakit asma terlihat di jalan masuk rumahnya di daerah kumuh Mandela, menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Rio de Janeiro, Brazil, Selasa (21/4/2020). REUTERS/Pilar Olivares


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Dunia masih terus berusaha melawan pandemic covid-19. Setidaknya sudah lebih dari US$ 8 triliun digelontorkan sebagai stimulus untuk melawan penyebaran hingga mengurangi dampak dari corona.

Alih-alih meredakan virus corona, nilai stimulus itu ternyata belum cukup. Malahan kondisi saat ini menunjukkan kesenjangan ekonomi sekaligus memperburuk kondisi ekonomi global.

Negara-negara kaya bisa mempunyai akses untuk mendapatkan lebih banyak dana. Sedangkan negara miskin dan berkembang justru gagal menghimpun stimulus.
Misalnya, Jerman dan Italia dapat mengalokasikan lebih dari 30% PDB untuk belanja langsung, jaminan bank, memberikan stimulus pinjaman dan ekuitas untuk bentuan senilai US$ 1,84 triliun.

Sementara negara-negara di Amerika Latin, dan Afrika justru gagal menghimpun stimulus fiskal untuk mencapai beberapa miliar dollar AS saja.

“Pemerintah di seluruh dunia memang memiliki dukungan fiskal, namun dalam bentuk yang berbeda-beda. Sementara ‘bazoka fiskal’ memang cuma bisa dilakukan negara maju, pemerintah pasar berkembang tak memiliki amunsi dan ruang fiskal semacam itu. Paket fiskal mereka lebih seperti pistol air daripada bazokal,” kata Ekonom Senior Maybank Kim Eng Research Chua Hak Bin dikutip dari Bloomberg, Kamis (23/4).

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath juga telah berulang kali menyatakan keprihatinan bahwa negara-negara berkembang memiliki lebih sedikit ruang kebijakan dan infrastruktur yang kurang canggih untuk mengelola wabah di negara mereka.

Adapun dari nilai US$ 8 triliun total stimulus fiskal tersebut, paling banyak dialokasikan sebagai jaminan bank di negara maju. Prancis dan Spanyol misalnya masing-masing mengalokasikan US$ 300 juta dan US$ 100 juta.

Sementara total dana yang digelontorkan AS menghadapi pandemi ini mencapai US$ 2,3 triliun.
Afrika Selatan, satu-satunya negara G-20 dari Afrika juga berhasil mendorong dukungan fiskalnya menjadi US$ 26 miliar. Meskipun tetangga-tetangganya di Afrika mengalami kesulitan yang nyata.



TERBARU

[X]
×