Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Stok minyak sawit Malaysia mencatat kenaikan pertama dalam enam bulan terakhir pada Maret 2025.
Didorong oleh peningkatan produksi dan lonjakan impor, meskipun permintaan domestik selama periode perayaan tetap tinggi, menurut data dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada Kamis (10/4).
Stok minyak sawit pada akhir Maret naik 3,52% dibanding Februari menjadi 1,56 juta ton, menandai kenaikan pertama sejak September tahun lalu.
Baca Juga: Petani Sawit Desak Pemerintah Turunkan Pajak Ekspor Usai Tarif Impor AS Naik 32%
Produksi crude palm oil (CPO) Malaysia meningkat 16,76% secara bulanan menjadi 1,39 juta ton, merupakan kenaikan pertama dalam tiga bulan terakhir.
Sementara itu, ekspor minyak sawit naik tipis 0,91% menjadi 1,01 juta ton.
Hasil ini sedikit lebih tinggi dari proyeksi survei Reuters, yang memperkirakan stok di angka 1,56 juta ton, dengan produksi 1,31 juta ton dan ekspor 1,02 juta ton.
Impor minyak sawit melonjak 82,5% menjadi 121.886 ton pada Maret — tertinggi sejak Juni 2023.
Kenaikan ini terjadi karena permintaan tinggi selama Ramadan dan beberapa produsen memilih mengimpor dari Indonesia untuk memenuhi komitmen ekspor.
“Bea ekspor Indonesia lebih rendah pada Maret, jadi masuk akal jika produsen mendatangkan minyak sawit dari sana, apalagi stok domestik Malaysia sempat menipis,” ujar seorang pedagang minyak nabati berbasis di New Delhi yang bekerja di perusahaan dagang global.
Baca Juga: Terdampak Tarif Trump, Pengusaha Sawit Minta Keringanan Ini dari Pemerintah
Konsumsi minyak sawit domestik Malaysia naik signifikan pada Maret menjadi 453.046 ton dari 328.591 ton di bulan sebelumnya, menurut data MPOB.
Namun demikian, ekspor pada Maret tercatat sebagai terendah untuk bulan tersebut sejak 2006, akibat harga minyak sawit yang lebih mahal dibandingkan soyoil, sehingga pembeli global beralih ke minyak kedelai, kata Anilkumar Bagani, kepala riset di perusahaan broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai.
“Tetapi sekarang, selisih harga antara minyak sawit dan minyak kedelai mulai menyempit. Ini mulai menarik minat pembeli kembali ke minyak sawit. Selama produksi tidak melonjak tajam pada April, harga kemungkinan akan tetap bertahan,” ujar Bagani.