kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.830   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.400   -41,63   -0,65%
  • KOMPAS100 918   -5,59   -0,61%
  • LQ45 717   -5,96   -0,82%
  • ISSI 202   0,24   0,12%
  • IDX30 374   -3,30   -0,87%
  • IDXHIDIV20 454   -4,95   -1,08%
  • IDX80 104   -0,73   -0,70%
  • IDXV30 110   -1,18   -1,06%
  • IDXQ30 123   -1,18   -0,95%

Strategi Pendiri Apple Steve Jobs Saat Krisis Keuangan 2008: Investasi, Bukan PHK


Jumat, 11 April 2025 / 16:46 WIB
Strategi Pendiri Apple Steve Jobs Saat Krisis Keuangan 2008: Investasi, Bukan PHK
ILUSTRASI. Steve Jobs, Chief Executive Officer of Apple Inc., pada Apple Worldwide Developers Conference 2011 di San Francisco, California, Amerika Serikat, pada Senin, 6 Juni 2011. Salah satu pendiri Apple, Steve Jobs, memiliki pendekatan unik dalam menghadapi krisis ekonomi


Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Salah satu pendiri Apple, Steve Jobs, memiliki pendekatan unik dalam menghadapi krisis ekonomi. Saat banyak perusahaan memangkas anggaran dan tenaga kerja selama krisis keuangan 2008, Jobs justru berinvestasi untuk menghadapi tantangan tersebut. 

Dua tahun kemudian, Apple meluncurkan iPad, yang menjadi salah satu produk ikonik perusahaan.

Ketidakpastian ekonomi merupakan tantangan besar bagi para pemimpin bisnis. Bahkan, sedikit ketidakpastian dapat menyebabkan harga saham anjlok. Namun, Steve Jobs dikenal mampu menghadapi tantangan tersebut dengan tenang. 

Baca Juga: 6 Tips Jago Public Speaking dari Pendiri Apple, Steve Jobs

Pendekatannya dalam menghadapi ledakan dot-com tahun 2000 dan krisis keuangan 2008 menjadi referensi bagi para pemimpin bisnis saat ini.

Dalam wawancara dengan Fortune pada tahun 2008, Jobs menjelaskan strategi Apple dalam menghadapi resesi. 

"Yang saya katakan kepada perusahaan kami adalah bahwa kami akan berinvestasi untuk melewati masa krisis," ujarnya. 

"Kami tidak akan memberhentikan karyawan. Kami telah berupaya keras untuk membawa mereka ke Apple sejak awal, hal terakhir yang akan kami lakukan adalah memberhentikan mereka," ucapnya.

Baca Juga: CEO Apple Tim Cook Ungkap Pelajaran Berharga dari Steve Jobs dalam Kepemimpinan

Sebagai gantinya, Jobs memilih untuk meningkatkan anggaran penelitian dan pengembangan (R&D). 

"Kami akan menaikkan anggaran R&D agar kami dapat mengungguli pesaing kami saat masa krisis berakhir," tambahnya. 

Strategi ini terbukti berhasil, sebagaimana yang diterapkan Apple dalam berbagai krisis sebelumnya.

Pada tahun 2003, saat banyak perusahaan masih berusaha pulih dari kejatuhan saham teknologi, Apple merilis iTunes. 

Baca Juga: CEO Grow Investments Indonesia Yenwy Wongso: Investasi Adalah Seni

Sementara Nasdaq-100 membutuhkan lebih dari 15 tahun untuk kembali ke puncaknya, Apple terus meluncurkan inovasi seperti iPhone dan App Store. 

Saat resesi 2008 melanda, Apple tetap berhasil menjual jutaan telepon pintar dan komputer, hingga akhirnya iPad dirilis pada tahun 2010.

Menurut Harvard Business Review, hanya 9% perusahaan yang berkembang pesat setelah perlambatan ekonomi. 

Apple menjadi salah satu contoh sukses perusahaan yang melakukan investasi cerdas saat kondisi sulit, sehingga mampu memimpin pasar.

Apple dan Tantangan Baru

Saat ini, Apple kembali menghadapi tantangan besar. Saham perusahaan mengalami lonjakan terbesar sejak Januari 1998 setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penghentian rencana tarif yang luas. Namun, perang dagang dengan China masih menjadi ancaman serius bagi Apple.

Baca Juga: Bos Apple Bilang Begini Soal Negosiasi Investasi dengan Kemenperin

Kenaikan tarif Trump terhadap barang-barang China hingga 125% berdampak buruk bagi Apple, yang memproduksi sebagian besar produknya di luar negeri. 

Wedbush mencatat bahwa sekitar 90% iPhone, 75%-80% iPad, dan lebih dari 50% Mac dibuat di China. 

Para analis memperkirakan bahwa tarif tambahan akan meningkatkan harga produk Apple, dengan potensi skenario di mana iPhone 16 bisa mencapai harga lebih dari US$ 2.000, angka yang sulit diterima konsumen.

Jeff Fieldhack, direktur penelitian di Counterpoint Research, menilai bahwa kebijakan tarif Trump merupakan strategi negosiasi. 

Baca Juga: Belajar dari Strategi Investasi ala Dirut Digital Mediatama Maxima Budiasto Kusuma

Namun, jika perang dagang terus berlanjut selama berbulan-bulan, Apple mungkin sulit mempertahankan filosofi bertahan dalam krisis seperti yang diterapkan Jobs.

Respon para CEO terhadap ketidakpastian ekonomi sangat bergantung pada kondisi perusahaan mereka. 

Jamie Dimon, CEO JP Morgan Chase, misalnya, mengambil pendekatan langsung dalam menghadapi krisis keuangan 2008. Mengingat peran bank dalam kehancuran ekonomi saat itu, ia tidak memiliki banyak pilihan.

Dimon mengungkapkan dalam podcast How Leaders Lead bahwa Alan Schwartz, CEO Bear Stearns saat itu, pernah meneleponnya pada suatu malam dengan permintaan mendesak: perusahaan membutuhkan US$ 30 miliar segera. 

Baca Juga: Tips Investasi ala Noviady Wahyudi, Konsisten Berinvestasi Sejak Muda

JP Morgan akhirnya membeli Bear Stearns dalam waktu seminggu untuk menghindari keruntuhan pasar yang lebih parah.

Dari pengalamannya menghadapi krisis, Dimon menekankan pentingnya kesiapan dalam menghadapi gejolak ekonomi. 

“Layani klien Anda, lakukan pekerjaan yang hebat saat turun, bukan hanya saat naik. Jangan merayakan pasang surut, bersiaplah saat pasang surut,” ujarnya.

Selanjutnya: Perdana Karya Perkasa (PKPK) Balikkan Rugi Jadi Laba Rp 15,9 Miliar pada 2024

Menarik Dibaca: Alibaba Cloud Perkuat Fungsi AI dengan Inovasi Terbaru bagi Pelanggan Internasional



TERBARU

[X]
×