kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Studi terbaru: Vaksin Sinopharm bentuk antibodi yang lebih lemah atas varian Delta


Rabu, 21 Juli 2021 / 19:46 WIB
Studi terbaru: Vaksin Sinopharm bentuk antibodi yang lebih lemah atas varian Delta
ILUSTRASI. Petugas medis menunjukkan vaksin produksi Sinopharm di Sentra Vaksinasi Gotong Royong Perbanas, Lapangan Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Sabtu (19/6/2021). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Vaksin COVID-19 buatan Sinopharm membentuk respons antibodi yang lebih lemah terhadap varian Delta, berdasarkan studi pertama tentang pengaruhnya terhadap jenis virus corona yang lebih menular.

Mengutip Reuters, tingkat antibodi pada orang yang menerima vaksin BBIBP-CorV Sinopharm berkurang 1,38 kali lipat pada varian Delta dibandingkan versi asli dari virus corona yang pertama kali teridentifikasi di Wuhan, China.

Ini merupakan hasil studi laboratorium berdasarkan sampel dari orang-orang di Sri Lanka. Studi itu dilakukan para ilmuwan dari Universitas Sri Jayewardenepura dan Dewan Kota Kolombo di Sri Lanka serta Universitas Oxford di Inggris.

Delta, pertama kali ditemukan di India akhir tahun lalu, saat ini menjadi varian dominan virus corona di seluruh dunia dan berada di balik lonjakan infeksi baru-baru ini di banyak negara, termasuk Inggris, Indonesia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Baca Juga: Malaysia menyetujui vaksin Sinopharm, Johnson & Johnson untuk penggunaan darurat

Varian Delta telah terdeteksi di lebih dari 90 negara di seluruh dunia.

Vaksin dari Sinopharm juga menunjukkan penurunan 10 kali lipat pada tingkat antibodi terhadap varian Beta, yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, menurut penelitian yang dipublikasikan pada Senin (19/7) sebelum peer review.

Para peneliti mengatakan, mereka tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat antibodi terhadap dua varian dari serum darah orang yang divaksinasi dibanding serum yang telah terinfeksi secara alami.

Ini menunjukkan, vaksin Sinopharm mungkin bisa menginduksi respons berbasis antibodi terhadap dua varian yang serupa, dengan tingkat yang terlihat setelah infeksi alami.

Selanjutnya: Hore, bulan ini Indonesia terima 6 juta vaksin Sinopharm



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×