kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sudah 172 negara bergabung, WHO desak negara lain untuk ikut di program vaksin COVAX


Senin, 24 Agustus 2020 / 19:04 WIB
Sudah 172 negara bergabung, WHO desak negara lain untuk ikut di program vaksin COVAX
ILUSTRASI. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers tentang virus corona (COVID-2019) di Jenewa, Swiss, 24 Februari 2020.


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Sebanyak 172 negara terlibat dengan rencana COVAX yang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang pimpin. Program ini untuk memastikan akses yang adil ke vaksin virus corona baru.

"Awalnya, ketika akan ada pasokan terbatas (vaksin virus corona), penting untuk memberikan vaksin kepada mereka yang berisiko tertinggi di seluruh dunia," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (24/8), seperti dikutip Reuters.

Hal tersebut juga mendesak negara-negara untuk bergabung dengan rencana COVAX untuk memastikan akses yang adil ke vaksin virus corona baru. Sehingga, mereka bisa bekerjasama secara terkoordinasi.

"Yang penting adalah untuk memastikan bahwa sejumlah vaksin (virus corona) sampai ke semua negara sedini mungkin," ujar Bruce Aylward, Kepala Kedaruratan WHO, seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: WHO: Kami berharap menyelesaikan pandemi corona kurang dari dua tahun

Sebelumnya, Tedros berharap, pandemi virus corona akan lebih pendek dari flu Spanyol 1918 dan berlangsung kurang dari dua tahun, jika dunia bersatu dan berhasil menemukan vaksin.

WHO selalu berhati-hati dalam memberikan perkiraan tentang seberapa cepat pandemi virus corona bisa ditangani, sementara tidak ada vaksin yang terbukti. Tedros menyebutkan, flu Spanyol 1918 "membutuhkan waktu dua tahun untuk berhenti".

"Dalam situasi sekarang dengan lebih banyak teknologi, dan tentu saja dengan lebih banyak konektivitas, virus memiliki peluang lebih baik untuk menyebar, bisa bergerak cepat karena kita lebih terhubung sekarang," katanya seperti dikutip Reuters.

"Tetapi, pada saat yang sama kita juga memiliki teknologi untuk menghentikannya dan pengetahuan untuk menghentikannya. Jadi, kita memiliki kelemahan dari globalisasi, kedekatan, keterhubungan tetapi memiliki keunggulan teknologi yang lebih baik," ujar dia.

Baca Juga: WHO: Anak usia 12 tahun wajib pakai masker, usia 5 tahun tak boleh pakai masker

"Jadi, kami berharap untuk menyelesaikan pandemi ini (dalam) kurang dari dua tahun," harap Tedros.

Untuk itu, dia mendesak "persatuan nasional" dan "solidaritas global". "Itu benar-benar kunci dengan memanfaatkan alat yang tersedia secara maksimal dan berharap kami dapat memiliki alat tambahan seperti vaksin," katanya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×