Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - KHARTOUM. Sudan membutuhkan dukungan anggaran hingga US$ 5 miliar untuk mencegah keruntuhan ekonomi dan meluncurkan reformasi setelah menggulingan penguasa Omar al Bashir.
Mengutip Reuters, Jumat (8/11) Menteri Keuangan Sudan Ibrahin Elbadawi mengatakan Sudan mengalami krisis sejak kehilangan sebagian besar kekayaan minyaknya dengan pemisahan Sudan Selatan pada 2011, dan hanya memiliki cadangan mata uang asing yang cukup untuk membiayai impor selama beberapa minggu.
Sudan telah memiliki beberapa dukungan untuk impor bahan bakar dan gandum, tetapi sekitar 65% dari 44 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan dan membutuhkan hingga US%$ 2 miliar untuk pendanaan pembangunan bersama dengan US$ 2 miliar yang dihadapkan dari Arab Development Funds.
Baca Juga: Sejumlah negara Afrika tertarik pesawat buatan PT DI
Elbadawi menjabarkan rencana reformasi secara terperinci untuk pertama kalinya. Menurutnya, gaji publik perlu ditingkatkan dan jaringan dukungan sosial dibentuk untuk mempersiapkan penghapusan subsidi bahan bakar dan pangan.
Demonstrasi berbulan-bulan tentang kenaikan harga bahan bakar dan roti serta kekurangan uang tunai memicu pemberontakan terhadap Bashir yang digulingkan pada April lalu. Protes berlanjut sejak itu dan orang-orang terbunuh dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.
"Kami telah memulai proses (reformasi)," kata Elbadawi dalam wawancara Kamis lalu.
"Orang-orang Sudan pantas dilihat dalam sudut pandang yang berbeda dari masyarakat internasional yang dulu melihat Sudan sebagai negara yang diperintah oleh negara paria."
"Sekarang kita punya revolusi," katanya.
Ditanya tentang berapa banyak dukungan anggaran yang diperlukan untuk tahun 2020, dia mengatakan: "Beberapa perkiraan mengatakan antara US$ 3 miliar-US$ 4 miliar, bahkan mungkin US$ 5 miliar."