kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sukses menggaet CIA sebagai klien pertama (2)


Rabu, 23 Maret 2016 / 11:32 WIB
Sukses menggaet CIA sebagai klien pertama (2)


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi

Alexander Karp punya pekerjaan berat sebagai CEO Palantir Technologies. Maklumlah, sebagai perusahaan big data intelijen, perusahaannya memiliki klien rahasia dengan misi yang juga rahasia. Di Sillicon Valley, Palantir merupakan penguasa pasar bisnis big data intelijen dengan valuasi mencapai US$ 20 miliar. Kesuksesan ini berawal dari sistem analisis data yang ditawarkan Palantir kepada CIA. Badan intelijen AS ini merupakan klien sekaligus investor pertama Palantir.  

Tahun 2004, belum banyak perusahaan startup yang melirik sektor analisa data intelijen. Melihat peluang besar, Alexander Karp dan kawan-kawannya di Stanford University lantas menjajal peruntungan dengan mendirikan Palantir Technologies yang bergerak di bisnis big data intelijen.

Bermodal ide dan sistem yang belum jadi, Palantir mengawali sukses dengan menggaet dana investasi awal dari Badan Intelejen Amerika Serikat (AS) atawa Central Intelligence Agency (CIA) melalui anak usahanya bernama In-Q-Tel. CIA membenamkan investasi sebesar US$ 2 juta.

Selain dari CIA, beruntung  salah satu pendiri Palantir merupakan orang tajir yang sudah mahfum berbisnis startup. Teman Alex, yakni Peter Thiel menginjeksikan dana sebesar US$ 30 juta melalui Founders Fund.

Salah satu proyek perdana Palantir adalah mengembangkan sistem analisis data yang menghasilkan deteksi dini terkait kejahatan. Palantir memburu jejak teroris dari lalu lintas aktivitas fraud atau malware di kanal internet.

Palantir juga mengolah data kejahatan dari CIA sehingga bisa menciptakan piranti lunak yang memungkinkan CIA untuk mengetahui gerak-gerik sindikat berbahaya yang dikembangkan China dan negara lain.

Mengutip Forbes, beredar kabar bahwa Palantir merupakan startup yang membantu Pemerintah AS menemukan lokasi Osama bin Laden. Sejak saat itu, Palantir kian dikenal di kalangan dunia intelijen.Apalagi, sejumlah nama penting di kalangan militer masuk jajaran dewan penasihat Palantir. Diantaranya eks Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice dan mantan Direktur CIA George Tenet.

"Saya berharap Amerika memiliki kekuatan Palantir sebelum kejadian 11 September," ujar Jenderal David Petraeus, mantan Kepala CIA seperti dilansir Forbes. Petraeus menyebut Alex sebagai orang dengan otak cemerlang.

Setelah enam tahun bekerja sama dengan CIA, Alex mulai membawa Palantir menggarap pasar lebih besar. Alex mulai melakukan ekspansi dengan menggaet sejumlah klien. Misal, Thomson Reuters, FBI, NSA, dan Angkatan Darat AS.

Sejak berdiri hingga akhir 2011, Palantir memperoleh pendapatan sebesar US$ 250 juta. Rapor kinerja Palantir melonjak tinggi setelah berekspansi ke pasar swasta. Sejumlah klien beken Palantir antara lain IBM, Booz Allen dan Lockheed Martin.

Di sepanjang 2015, sebanyak 60% dari total pendapatan Palantir berasal dari sektor swasta. Pendapatan Palantir menembus US$ 450 juta, naik 50% dari pencapaian tahun sebelumnya yaitu US$ 300 juta.

Sebagai penguasa pasar big data intelijen, tak heran jika Palantir diburu investor. Saat ini, valuasi Palantir telah mencapai US$ 20 miliar atau salah satu startup dengan valuasi jumbo.

Akhir tahun lalu, Palantir mendapat suntikan dana segar sebesar US$ 880 juta. Selain In-Q-Tel dan Founders Fund, perusahaan investasi Tiger Global Management juga membenamkan duitnya di Palantir.

Sejatinya, laiknya startup sukses lain, Palantir sempat berniat membesarkan diri lewat skema penjualan saham perdana alias initial public offering (IPO). Namun, niatan ini kandas di tengah jalan. Alex menilai, masuk pasar modal akan menyulitkan kinerja perusahaan.

Apalagi, Palantir merupakan perusahaan analisis data intelijen yang punya misi rahasia. Dengan demikian, ekspansi Palantir masih harus mengandalkan investor. Yang pasti, kehidupan Alex tak lagi sama. Sebagai CEO Palantir, Alex selalu mendapatkan pengawasan ketat lantaran diincar sindikat berbahaya.                         

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×