kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suku Bunga Global Diperkirakan Bisa Naik Lebih Tinggi dari Proyeksi Sebelumnya


Selasa, 18 Oktober 2022 / 16:49 WIB
Suku Bunga Global Diperkirakan Bisa Naik Lebih Tinggi dari Proyeksi Sebelumnya
ILUSTRASI. Kantor Pusar The Fed. REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pertarungan bank-bank sentral dunia melawan inflasi masih belum mereda. Jika inflasi tidak bisa dikendalikan maka ekonomi global akan semakin dalam bahaya tahun depan karena mau tak mau suku bunga akan terus meningkat. 

The Fed saat ini masih terus berjibaku dalam melawan inflasi Amerika Serikat (AS). Walau sudah melandai dari bulan sebelumnya, inflasinya per September 2022 masih mencapai 8,2%. Jika inflasi AS masih tetap bercokol di di level 8% ke atas, para ekspertis di pasar memperkirakan bahwa suku bunga akan terus melonjak. 

Veteran manajer investasi, Mark Tobias, memperingatkan bahwa suku bunga akan melonjak hingga 9%.

"Berdasarkan pedoman,suku bunga harus lebih tinggi dari inflasi. Kalau inflasi 8% maka berarti suku bunga bunga harus dinaikkan ke 9%," kata pendiri Mobius Capital Partners tersebut pada Bloomberg, Senin (17/10).

Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga Pacu Pendapatan Pinjaman Bank of America (BofA)

Walaupun The Fed kemungkinan tak akan menaikkan suku bunga secara agresif kalau indeks harga konsumen menurun, Tobius memperkirakan inflasi tidak akan surut dalam waktu dekat. 

Proyeksi Tobias ini disasarkan pada Taylor Rule, sebuah model analisis yang menyarankan tingkat kebijakan yang optimal dengan mempertimbangkan tekanan harga dan pasar tenaga kerja. 

Namun, peringatan Tonias tersebut jauh melampaui proyeksi The Fed dan pelaku pasar lain. Trader di pasar Dana Berjangka memperkirakan suku bunga The Fed akan mencapai puncaknya mendekati 5% pada bulan Maret 2023. Ekspektasi pasar pada prospek inflasi satu tahun juga sudah turun dari 6% menjadi 3,2% pada Maret mendatang. 

Mobius juga memperingatkan investor untuk berhati-hati dengan komoditas karena permintaan dari beberapa pembeli utama bisa mendingin. 
"Orang-orang yang membeli komoditas duduk di mata uang yang lebih lemah. Harga komoditas ke depan akan mengalami penurunan," katanya.

Tobius yang terkenal dengan investasi di pasar negara berkembang, mengatakan bahwa dia menginvestasikan uangnya untuk bekerja di India, Taiwan, Brasil, Turki, dan juga Vietnam. Ia meminta berhati-hati di sekitar perusahaan dengan rasio utang terhadap modalnya tinggi dan yang punya pengembalian modal rendah.

Bank sentral Inggris (BoE) juga memperingatkan bahwa suku bunga Inggris akan naik lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya, karena tekanan inflasi. 

Pada September lalu, BoE telah menaikkan suku bunga 0,5% ke level 2,25%. Kenaikan suku bunga berikutnua akan dilakukan pada 3 November mendatang, setelah pemerintah mengumumkan rencana fiskalnya.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Menguat Terdorong Pelemahan Dolar AS

Jeremi Hunt baru saja diangkat menjadi Menteri Keuangan Inggris setelah pendahulunya Kwasi Kwarteng dipecat. Ia telah mengkonfirmasi bahwa pemangkasan pajak tidak akan dilakukan seagresif yang direncanakan pendahulunya.

Dilansir BBC, Selasa (18/10), Gubenur BoE Andrew Bailey mengatakan, bank sentral tidak akan mengubah kebijakan suku bunga sebelum rencana fiskal pemerintah diumumkan. Namun, ia mengatakan pejabat BoE tidak akan ragu-ragu menaikkan suku bunga demi menjaga target inflasi 2%. 

Sementara pasar sebelumnya penyataan Bailey itu memperkirakan suku bunga Inggris akan naik 0,75%-1% pada November. 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×