Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Minat investor ritel untuk berinvestasi ke saham meningkat seiring penurunan suku bunga yang mencatatkan rekor terendah akibat merebaknya virus corona. Hal ini telah menciptakan kondisi pasar paling fluktuatif sejak krisis keuangan global mendera.
Seorang agen asuransi berusia 31 tahun, Heng Kai Sheng mendapatkan uang muka dari tiga kartu kredit senilai S$ 150.000 atau setara US$ 105.000. Dengan uang itu, ia membuka rekening saham di bank lokal sebagai jaminan. Dia diberikan leverage sekitar 3,5 kali atau jika dinilaikan sebesar S$ 500.000 bisa masuk ke pasar saham.
Baca Juga: Karena corona, ribuan warga Italia meninggal di rumah akibat kurangnya tenaga medis
“Portofolio saham awalnya senilai S$ 170.000 dan sekarang totalnya sekitar S $ 135.000,” kata Heng dilansir dari Bloomberg, Minggu (5/4).
Menurut data Singapore Exchange Ltd, nilai pembiayaan bank untuk pembelian saham kepada investor ritel rebound pada Februari 2020. Setelah tiga bulan sebelumnya berturut-turut mengalami penurunan. Investor berinvestasi sekitar S$ 2 miliar ke ekuitas pada bulan Maret atau meningkat 50% lebih dari bulan sebelumnya.
Peningkatan ini terjadi karena tolok ukur ekuitas nasional mencatat kuartal terburuk sejak krisis keuangan global. SPDR Straits Times Index ETF mencatatkan arus kas masuk sekitar S$ 247 juta dalam tiga bulan yang Maret 2020. Ini merupakan dorongan kuartalan terbesar sejak tahun 2002 menurut Bloomberg dikompilasi.
"Mungkin ada investor baru atau sudah ada yang tidak memiliki leverage sehingga pasti ingin mengambil keuntungan dari aksi jual untuk membeli saham," kata Analis Joel Ng di KGI Securities (Singapore) Pte.
Baca Juga: Trump larang ekspor masker, pemerintah Kanada galau di tengah hubungan dengan China
Ada juga beberapa investor ritel yang menggunakan rumah sebagai jaminan untuk meminjam uang. Pendiri Investor Lobby Group di Securities Investors Association David Gerald menilai, investor juga kemungkinan ingin kembali meminjam demi menambah jumlah uang kas dari investasi mereka di ekuitas.
“Investor harus berhati-hati untuk tidak meningkatkan leverage di pasar yang fluktuatif karena mereka mungkin menghadapi margin call,” terangnya.
Sementara pembiayaan saham oleh bank naik pada bulan Februari atau jumlahnya menurun 11% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Menurut Ng, margin ini benar-benar diintensifkan pada bulan Maret, khususnya di bank swasta yang menjual produk dengan leverage dengan mengambil utang agar mendapatkan kepercayaan investasi di bidang properti.
Heng memproyeksi tiga hingga lima tahun untuk investasinya dengan melakukan perhitungan untuk memastikan mereka dapat menutupi bunga kartu kredit yang berkisar dari 1,38% hingga 2,03%.
Baca Juga: China murka usai Taiwan tawarkan bantuan masker ke negara lain, kenapa?
Beberapa saham yang ia beli termasuk Oversea-Chinese Banking Corp , yang nilainya merosot 21% kuartal terakhir, Singapore Telecommunications Ltd., turun 25%, dan Mapletree Industrial Trust , yang turun 6,5%.
Heng tahu dia mengambil risiko tetapi dia tidak terlalu khawatir. "Untuk orang-orang muda seperti kami, bahkan jika Anda gagal, Anda bisa menjadikannya sebagai modal. Jika Anda memiliki penghasilan yang cukup, maka Anda harus mengambil risiko sedikit lebih besar,” pungkasnya.