Sumber: New York Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Dikenal sebagai negara adidaya, rupanya banyak masyarakat Amerika Serikat (AS) yang masih mudah percaya pada kabar bohong tentang virus corona baru. Survei terbaru menunjukkan, golongan ini didominasi oleh anak muda.
AS sampai saat ini masih menjadi negara dengan jumlah kasus dan kematian akibat virus corona terbanyak di dunia. Parahnya, masih banyak warga yang belum sadar akan bahaya dari virus corona.
Survei terbaru memperlihatkan, warga AS dengan usia di bawah 25 tahun kemungkinan besar percaya pada berita bohong tentang virus corona. Dalam survei yang melibatkan 21.196 orang dari 50 negara bagian di AS, peneliti menemukan fakta mengejutkan dari para pemuda.
Survei yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Harvard, Universitas Rutgers, Universitas Northeastern, dan Universitas Northwestern menunjukkan, responden berusia 18 hingga 24 memiliki kemungkinan 18% untuk percaya pada berita bohong.
Baca Juga: Tak pandang bulu, sejumlah pemimpin negara berikut turut terinfeksi virus corona
Di sisi lain, responden berusia di atas 65 tahun justru hanya 9% yang mungkin percaya pada berita bohong. Hasil dari survei terbaru ini berbeda dengan survei sebelumnya yang mengatakan, orangtua cenderung lebih mudah percaya pada berita bohong.
Beberapa pernyataan yang diajukan dalam survei ini antara lain manusia terkena virus corona karena memakan kelelawar, antibiotik efektif untuk mencegah Covid-19. Lalu, hanya orang dengan usia di atas 60 yang berisiko terinfeksi virus corona, dan obat untuk virus corona sudah ada namun disembunyikan dari publik.
Data statistik survei
Baca Juga: Menhan AS nyatakan komitmen untuk menjaga hubungan militer dengan Israel
Selain empat pernyataan tersebut, para peneliti juga menyediakan tujuh pernyataan lain yang semuanya berkaitan dengan isu seputar penyebaran virus corona.
"Kami menemukan pola yang jelas, semakin tua kelompok usia, semakin rendah tingkat kepercayaan rata-rata pada berita bohong," sebut laporan penelitian tersebut seperti dikutip New York Times.
Penelitian dengan tema serupa juga pernah dilakukan tahun lalu dan dirilis di majalah Science. Saat itu, ditemukan orang-orang yang berusia di atas 65 tujuh kali lebih mungkin percaya pada berita bohong dibanding kelompok usia 30 hingga 44 tahun.
Survei yang dilakukan tahun lalu mengambil tema tentang penyebaran informasi palsu selama kampanye presiden 2016.