Sumber: DW.com | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa yang mengungkap bahwa bulan September lalu menjadi September terpanas yang pernah tercatat, semakin menguatkan prediksi bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat.
Laporan itu menemukan bahwa suhu global pada Januari-September 2023, lebih tinggi 0,52 derajat Celcius (0,9 derajat Fahrenheit) dari rata-rata. Suhu pada periode ini juga lebih panas 0,05 derajat Celcius, dibandingkan sembilan bulan pertama di 2016, yang disebut sebagai tahun kalender terpanas.
Suhu rata-rata global sepanjang tahun ini dilaporkan 1,40 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu pra-industri antara 1850 dan 1900.
Wakil Direktur C3S Samantha Burgess mengatakan bahwa laporan mengenai suhu global itu diterbitkan hanya dua bulan sebelum KTT Iklim COP28 di Dubai.
Baca Juga: Suhu Panas Ekstrem Bandung, Capai 34,8 Derajat Celsius
"Rasa urgensi untuk melakukan aksi iklim yang ambisius menjadi sangat penting saat ini,” katanya.
Para ilmuwan selam ini mengatakan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil membuat cuaca ekstrem seperti gelombang panas dan badai menjadi lebih intens dan sering terjadi.
September terpanas
Menurut laporan C3S, September 2023 adalah September terpanas yang pernah tercatat. Rata-rata suhu udara permukaan di bulan ini mencapai 16,38 derajat Celcius, atau 0,93 derajat Celcius di atas rata-rata bulanan selama tahun 1991-2020.
Suhu di bulan ini juga lebih hangat 0,5 derajat Celcius dibandingkan rekor suhu September terpanas sebelumnya, yaitu pada 2020. Saat itu, suhu September lebih hangat sekitar 1,75 derajat Celcius dibandingkan rata-rata bulan September pada periode pra-industri.
Baca Juga: Ini Prediksi Terbaru Ilmuwan Dunia Soal Kepunahan Manusia
Burgess menggambarkan bulan September 2023 sebagai bulan yang "ekstrem.” Ia juga menyebut September 2023 semakin mendorong tahun 2023 ke "jalur yang tepat untuk menjadi tahun terpanas dengan suhu 1,4 derajat Celcius di atas suhu rata-rata pra-industri.”
‘Lebih basah dari rata-rata'
Di Eropa, September 2023 tidak hanya menjadi bulan terpanas yang pernah tercatat, namun juga bulan dengan kondisi yang "lebih basah dari rata-rata”, terutama di banyak bagian pesisir barat benua tersebut, demikian menurut laporan C3S.
Laporan tersebut mengutip curah hujan ekstrem di Yunani yang terkait dengan Badai Daniel. Badai tersebut sebelumnya telah menyebabkan banjir besar di Libya, menewaskan ribuan orang dan menghancurkan sebagian besar kota Derna di bagian timur.
Baca Juga: Urgensi Undang-Undang Perubahan Iklim
Wilayah lain yang terkena dampak hujan di Eropa termasuk Semenanjung Iberia bagian barat, Irandia, Inggris bagian utara, dan Skandinavia.
Sementara di luar Eropa, negara-negara Amerika Latin seperti Brasil dan Cile, juga disebutkan dalam laporan itu mengalami "persitiwa curah hujan ekstrem”, terutama di wilayah selatan negara-negara itu.
C3S yang mendapatkan dananya dari Uni Eropa mengatakan bahwa semua temuan dalam laporan didasarkan pada analisis komputer, dengan menggunakan data pengukuran dari satelit, kapal, pesawat terbang, dan stasiun cuaca di seluruh dunia.
Artikel ini telah tayang di DW.com dengan judul "Tahun 2023 Diproyeksi Jadi Tahun Terpanas yang Pernah Tercatat?", Klik untuk baca: https://www.dw.com/id/tahun-2023-diproyeksi-jadi-tahun-terpanas-yang-pernah-tercatat/a-67000629?maca=ind-VAS_Ind_Kontan_News-35437-xml-media