Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2021 merupakan tahun keuntungan terbesar bagi sebagian orang-orang terkaya di planet ini, tetapi juga sekaligus menjadi tahun kerugian ekstrim bagi sebagian lainnya.
Elon Musk mencatatkan peningkatan kekayaan paling pesat ke level yang hanya pernah dicapai oleh John D. Rockefeller sebelumnya. Sementara Bill Hwuang kehilangan kekayaan US$ 20 miliar hanya dalam beberapa hari dan Bill Gate yang pernah menjadi orang terkaya dunia harus kehilangan hartanya setelah bercerai.
Bagi sebagian besar, tahun lalu merupakan saat yang tepat untuk meningkat menjadi multimilliader. Melonjaknya pasar saham dan meningkatnya valuasi rumah mewah, kripto hingga komoditas telah menaikkan kekayaan kolektif 500 orang terkaya dunia lebih dari US$ 1 triliun meski dunia masih diguncang pandemi.
Artinya, setidaknya ada 10 orang miliader yang mencatatkan kenaikan kekayaan lebih dari US$ 100 miliar, atau lebih dari 200 orang mencatatkan lonjakan kekayaan di atas US 10 miliar.
Baca Juga: Vietnam Mendesak China untuk Membuka Kembali Gerbang Perbatasan untuk Perdagangan
Kekayaan bersih gabungan pada Bloomberg Billionaires Index saat ini telah mencapai lebih dari US$ 8,4 triliun, lebih tinggi dari PDB semua negara kecuali AS dan China.
Kekayaan besar yang dikumpulkan oleh 0,001% juga menggarisbawahi bagaimana pemulihan yang tidak merata dari guncangan pandemi Covid-19. Orang-orang paling kaya di dunia diuntungkan dari pasar bemper dan kebijakan fiskal yang longgar, sementara pandemi telah mendorong sebanyak 150 juta ke dalam kemiskinan ekstrem menurut perkiraan Bank Dunia. Angka ini akan terus naik jika inflasi terus meningkat.
“Sejak pertengahan 1990-an, bagian kekayaan yang dipegang orang terkaya global yang jumlahnya 0,01% telah meningkat dari sekitar 7% menjadi 11%. Krisis tidak membalikkan tren ini, tetapi justru sedikit memperkuat," kata Lucas Chancel, co-director World Inequality Lab di Paris School of Economics dikutip Bloomberg, Minggu (2/2).
Parlemen dari Rusia hingga China meningkatkan retorika untuk mengerek pajak orang-orang kaya. Pada Oktober 2021, Ketua Komite Keuangan Senat AS telah mengusulkan retribusi secara khusus bagi milliader dengan kekayaan 10 digit.
Baca Juga: Aset SWF dan Dana Pensiun Publik Mencapai Rekor US$ 31,9 Triliun
Di China, elit-elit terkayanya mengalami tahun terburuknya pada 2021 sejak Bloomberg mulai melacak kekayaan pada 2012. Milliader negara ini telah kehilangan US$ 60 miliar karena pemerintah China menekan perusahaan teknologi besar dan menjalankan kampanye kemakmuran bersama.
Para maestro real estat China telah menumpahkan US$ 35 miliar kekayaannya di tengah krisis utang yang meningkat. Taipan Hui Ka Yan dari China Evergrande Group yang paling terpuruk. Setelah sempat menjadi orang terkaya kedua di negaranya, kekayaan bersih Hui menguap US$ 17 miliar tahun lalu.
Fluktuasi harga koin digital telah mengerek dan kemudian menghempaskan miliaran dollar kekayaan Mike Novogratz. Sementara rekor penawaran saham perdana telah mengangkat kekayaan Brian Armstrong dari platform perdagangan kripto Coinbase dan CEO fintech Brasil David Velez. Sebanyak 42 orang memulai debutnya dalam indeks milliader Bloomberg tahun lalu yang sebagian besar karena ditopang oleh IPO.
Peningkat pesat harga saham telah mendorong banyak milliader melakukan profit taking. Klan Chicago membuat kesepakatan senilai US$ 32 miliar dengan ekuitas swasta untuk pemasok barang medis mereka. Miliarder terkaya Amerika mengeluarkan US$ 43 miliar sahamnya hingga awal Desember. Itu lebih dari dua kali lipat saham yang dijual tahun 2020.
Elon Musk naik ke puncak indeks pada bulan Januari dan tetap berada di puncak sepanjang tahun, berkat harga saham Tesla yang naik dan pertumbuhan laba yang konsisten, serta nilai SpaceX yang meningkat.
Pendakian produsen mobil listrik itu begitu curam, sehingga membuat pemegang saham terbesar ketiga, Leo KoGuan, seorang pedagang ritel low-profile dan mengaku penggemar Musk masuk ke dalam indeks dengan kekayaan US$ 10,8 miliar.