Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat (AS) mengirim dua kapal induk ke Laut China Selatan saat China melakukan latihan militer di perairan yang disengketakan.
Mengutip Wall Street Journal, Reuters melaporkan, USS Ronald Reagan dan USS Nimitz akan berada di Laut China Selatan mulai Sabtu (4/7).
"Tujuannya adalah untuk menunjukkan sinyal yang tidak ambigu kepada mitra dan sekutu kami, bahwa kami berkomitmen terhadap keamanan dan stabilitas regional," kata Komandan Kelompok Tempur USS Ronald Reagan Laksamana Muda George M. Wikoff.
Baca Juga: Korea Utara: Kami dukung penuh China lawan campur tangan AS
Latihan itu, Wikoff mengatakan, bukan respons terhadap latihan militer China, yang minggu ini Pentagon kritik sebagai "kontra-produktif terhadap upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas".
China menepis kritik AS terhadap latihan militernya pada Jumat (3/7) dan menyebut Amerika Serikat yang harus disalahkan karena meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
Wikoff tidak memberikan lokasi latihan AS. Hanya, Wall Street Journal melaporkan, latihan tersebut melibatkan dua kapal induk dan empat kapal perang lainnya termasuk penerbangan 24 jam.
Baca Juga: Pakar militer: China dalam kesiapsiagaan perang sangat tinggi di semua lini
Pekan lalu, China mengumumkan, mereka merencanakan latihan militer selama lima hari mulai 1 Juli di dekat Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh Vietnam dan Tiongkok.
Vietnam dan Filipina juga mengkritik rencana latihan China itu, memperingatkan kegiatan tersebut bisa membuat ketegangan di kawasan dan berdampak pada hubungan Beijing dengan tetangganya.
AS menuduh China mencaplok Laut China Selatan dan mencoba mengintimidasi tetangga Asia, yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gas di perairan tersebut.
Baca Juga: Cuekin kritikan AS, China balik salahkan AS soal ketegangan di Laut China Selatan
China mengklaim 90% dari Laut China Selatan yang berpotensi kaya energi, tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian-bagiannya, di mana sekitar US$ 3 triliun perdagangan lalu-lalang setiap tahun di perairan itu.