Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tantangan ekonomi di kawasan Asia, terasa cukup berat tahun 2024 ini. Aktivitas Manufaktur sebagian besar negara di kawasan ini, masih tertekan hingga memasuki kuartal IV.
Melansir Reuters, Jumat (1/11), baru China yang berhasil mencatatkan perbaikan aktivitas manufaktur pada Oktober 2024, menurut hasil survei perusahaan swasta, Caixin dan S&P Global. Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) China mencapai 50,3%.
Angka tersebut untuk kali pertama naik ke zona ekspansi, setelah kontraksi lima bulan berturut-turut. Indeks PMI pada September berada di level 49,3%.
Ekspansi manufaktur China ini terbantu oleh serangkaian stimulus yang yang dilaksanakan pemerintahnya sejak September.
Menurut survei Caixin, pesanan baru yang masuk yang diberikan kepada produsen China pada Oktober meningkat dengan laju tercepat dalam empat bulan. Hal itu juga mendorong ekspansi produksi ke laju tercepat sejak Juni.
Baca Juga: PMI Manufaktur Kontraksi 4 Bulan Berturut-turut, Ini Penyebabnya
Keyakinan produsen tentang produksi mendatang meningkat karena tingkat optimisme mereka naik dari level terendah bulan September ke level tertinggi dalam lima bulan.
Namun, Dana Moneter Internasional (IMF) melihat risiko ekonomi Asia masih besar. Meningkatnyaketegangan perdagangan, sektor properti China yang masih anjlok berkepanjangan, dan potensi turbulensi pasar lebih lanjut mengaburkan prospek ekonomi kawasan ini.
IMF menyebut, tekanan harga yang terus-menerus turun di China dapat memicu ketegangan perdagangan dengan merugikan sektor-sektor di negara-negara tetangga yang punya struktur ekspor yang sama. Hal ini akan mendesak Beijing mengambil langkah-langkah guna mencapai pemulihan yang didorong permintaan.
"Perlambatan yang lebih lama dan lebih besar dari yang diharapkan di China akan merugikan kawasan dan ekonomi global," kata IMF dalam laporan prospek ekonomi regionalnya untuk Asia.
Dalam perkiraan terbarunya, IMF memperkirakan ekonomi Asia akan tumbuh 4,6% di tahun 2024 dan 4,4% di 2025. Adapun kontraksi PMI manufaktur akhir Bank Au Jibun Jepang pada Oktober semakin dalam, naik jadi 49,2 dari 49,7 pada bulan September.
Begitu pula dengan Korea Selatan, aktivitas manufakturnya masih kontraksi dua bulan berturut-turut pada Oktober. Produk pabrik turun paling tinggi dalam 16 bulan terakhir.
PMI manufaktur negara ekonomi terbesar keempat di Asia itu berada di level 48,3% pada Oktober. Pesanan baru atas ekspor masih turun. karena permintaan dari AS, Eropa, serta China melemah.