kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Tekanan Ekonomi Asia Masih Berat


Sabtu, 02 November 2024 / 06:30 WIB
Tekanan Ekonomi Asia Masih Berat
ILUSTRASI. Dongfeng Honda Automobile Co., Ltd. (Dongfeng Honda), perusahaan joint venture antara Honda dan Dongfeng Motor Corporation telah meresmikan pabrik produksi kendaraan energi baru (NEV) di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Tantangan ekonomi di kawasan Asia, terasa cukup berat tahun 2024 ini. Aktivitas Manufaktur sebagian besar negara di kawasan ini, masih tertekan hingga memasuki kuartal IV.

Melansir Reuters, Jumat (1/11), baru China yang berhasil mencatatkan perbaikan aktivitas manufaktur pada Oktober 2024, menurut hasil survei perusahaan swasta, Caixin dan S&P Global. Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) China mencapai 50,3%.

Angka tersebut untuk kali pertama naik ke zona ekspansi, setelah kontraksi lima bulan berturut-turut. Indeks PMI pada September berada di level 49,3%.

Ekspansi manufaktur China ini terbantu oleh serangkaian stimulus yang yang dilaksanakan pemerintahnya sejak September.

Menurut survei Caixin, pesanan baru yang masuk yang diberikan kepada produsen China pada Oktober meningkat dengan laju tercepat dalam empat bulan. Hal itu juga mendorong ekspansi produksi ke laju tercepat sejak Juni.

Baca Juga: PMI Manufaktur Kontraksi 4 Bulan Berturut-turut, Ini Penyebabnya

Keyakinan produsen tentang produksi mendatang meningkat karena tingkat optimisme mereka naik dari level terendah bulan September ke level tertinggi dalam lima bulan.

Namun, Dana Moneter Internasional (IMF) melihat risiko ekonomi Asia masih besar. Meningkatnyaketegangan perdagangan, sektor properti China yang masih anjlok berkepanjangan, dan potensi turbulensi pasar lebih lanjut mengaburkan prospek ekonomi kawasan ini.

IMF menyebut, tekanan harga yang terus-menerus turun di China dapat memicu ketegangan perdagangan dengan merugikan sektor-sektor di negara-negara tetangga yang punya struktur ekspor yang sama. Hal ini akan mendesak Beijing mengambil langkah-langkah guna mencapai pemulihan yang didorong permintaan.

"Perlambatan yang lebih lama dan lebih besar dari yang diharapkan di China akan merugikan kawasan dan ekonomi global," kata IMF dalam laporan prospek ekonomi regionalnya untuk Asia.

Dalam perkiraan terbarunya, IMF memperkirakan ekonomi Asia akan tumbuh 4,6% di tahun 2024 dan 4,4% di 2025. Adapun kontraksi PMI manufaktur akhir Bank Au Jibun Jepang pada Oktober semakin dalam, naik jadi 49,2  dari 49,7 pada bulan September.

Begitu pula dengan Korea Selatan, aktivitas  manufakturnya masih kontraksi dua bulan berturut-turut pada Oktober. Produk pabrik turun paling tinggi dalam 16 bulan terakhir.

PMI manufaktur negara ekonomi terbesar keempat di Asia itu berada di level 48,3% pada Oktober. Pesanan baru atas ekspor masih turun. karena permintaan dari AS, Eropa, serta China melemah.    

Selanjutnya: Urusan Permodalan Jadi Tantangan Spin Off

Menarik Dibaca: Promo JSM Alfamart Periode 1-3 November 2024, Nugget Beli 2 Diskon Rp 10.000


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×