Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pengembang properti China, Evergrande Group tampaknya akan semakin terbebani dengan utang yang semakin menggunung. Namun Evergrande boleh bernapas lega karena kehadiran investor Ashmore Group Plc.
Perusahaan manajer investasi yang terdaftar di London, Inggris ini membeli hampir US$ 100 juta obligasi yang diterbitkan pengembangan atau anak usaha dari Evergrande.
Di sisi lain, perdagangan membuat kepemilikan utang perusahaan menjadi lebih dari US$ 500 juta pada akhir September 2021. Utang yang dipegang Ashmore mungkin lebih tinggi karena 75% asetnya disimpan dalam mandat terpisah.
Sebelum aksi jual tersebut, Ashmore sudah menjadi pemegang terbesar obligasi berdenominasi dolar pengembang tersebut. Sementara pemegang besar lainnya, termasuk Prudential Plc dan Royal Bank of Canada, mengurangi eksposur mereka saat pembelian.
Baca Juga: Korea Utara: AUKUS hanya alat AS untuk mengancam keamanan dunia
Seorang juru bicara Ashmore menolak berkomentar dan tidak akan mengungkapkan apakah perusahaan telah menambah atau mengurangi kepemilikan di Evergrande sejak akhir September lalu. Pendiri dan CEO Ashmore Mark Coombs juga tidak menanggapi pertanyaan melalui email.
Berdasarkan laporan Morningstar Oktober lalu, Ashmore masih fokus di sektor properti China. Ashmore tidak sendirian dalam menumpuk obligasi berdenominasi dolar Evergrande.
Investor lain juga berinvestasi pada perusahaan bermasalah, termasuk Saba Capital Management dan Redwood Capital Management. Mereka telah membangun posisi sebagai perusahaan yang berinvestasi pada sektor properti yang bermasalah.
Kewajiban Evergrande membengkak menjadi lebih dari US$ 300 miliar per Juni 2021. Pengembang sejauh ini telah mundur dari jurang dan berupaya memenuhi kewajiban kupon yang tertunda sebelum masa tenggang berakhir.
Nilai obligasi Evergrande mulai merosot pada akhir Mei, tetapi penurunan tersebut meningkat pada Juli. Akibatnya, obligasi yang akan jatuh tempo pada 2025 itu kehilangan lebih dari 60% nilainya pada kuartal ketiga.
Baca Juga: Pertama kali sejak Agustus, PMI Manufaktur China berada di level 50,1
Analis S&P baru-baru ini, menyebut gagal bayar Evergrande merupakan risiko yang nyata karena perusahaan menanggung kewajiban obligasi yang akan datang.
“Kami yakin pemerintah ingin melepaskan Evergrande dengan cara yang terkendali, atau membiarkan restrukturisasi utang yang tertib terjadi,” tulis para analis termasuk Matthew Chow dalam sebuah laporan.