Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gagasan bahwa pandemi virus corona berasal secara tidak sengaja melalui pekerja laboratorium China telah muncul kembali, kali ini dalam sebuah film dokumenter yang ditayangkan oleh TV Denmark pada hari Kamis.
China telah bereaksi keras terhadap setiap saran bahwa pandemi, yang telah menewaskan sedikitnya 4,3 juta orang sejak muncul di kota Wuhan pada Desember 2019, disebabkan oleh malpraktik yang melibatkan salah satu laboratoriumnya.
Tetapi ini adalah bagian dari asumsi "kemungkinan", menurut kepala misi Organisasi Kesehatan Dunia yang menyelidiki asal-usul pandemi.
“Seorang karyawan lab terinfeksi saat bekerja di gua kelelawar yang mengumpulkan sampel. Skenario seperti itu, meskipun merupakan kebocoran laboratorium, juga sesuai dengan hipotesis pertama kami tentang penularan langsung virus dari kelelawar ke manusia. Ini adalah hipotesis yang kami anggap mungkin," kata Peter Ben Embarek kepada saluran publik Denmark TV2.
Baca Juga: China lagi-lagi tolak rencana WHO untuk meneliti asal-usul Covid-19
Fase pertama studi WHO, yang dilakukan pada awal tahun, menyimpulkan pada 29 Maret bahwa hipotesis insiden laboratorium tetap "sangat tidak mungkin". Namun, Embarek mengatakan sulit bagi timnya untuk mendiskusikan teori ini dengan para ilmuwan China.
Namun ilmuwan WHO itu mencontohkan, tidak ada satupun jenis kelelawar yang diduga menjadi reservoir virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang hidup di alam liar di wilayah Wuhan. Satu-satunya orang yang mungkin mendekati kelelawar jenis ini adalah karyawan laboratorium kota, katanya.
WHO pada hari Kamis mendesak China untuk membagikan data mentah dari kasus COVID-19 paling awal untuk membantu penyelidikan asal-usul pandemi dan merilis data untuk mengatasi teori kebocoran laboratorium.
Badan kesehatan dunia itu juga mendesak semua negara untuk mendepolitisasi pencarian asal-usul pandemi. Dalam pernyataannya, WHO mengatakan pencarian asal-usul pandemi “tidak boleh menjadi latihan untuk menyalahkan, menuding, atau menilai poin politik”.