Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Permintaan minyak oleh negara-negara Asia akan mencapai rekor pada bulan April 2018 ini, tepat ketika harga minyak mentah global terangkat ke tingkat yang tak pernah tampak selama tiga tahun terakhir.
Sebagian besar analis telah menunjukkan bahwa meningkatnya konflik Timur Tengah, krisis di Venezuela, dan pemotongan pasokan Arab Saudi dan produsen lain merupakan pendorong utama lonjakan harga patokan Brent dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS ke tertinggi sejak akhir 2014, masing-masing US$ 75 dan US$ 70 per barel.
Namun ada alasan alasan yang jauh lebih mendasar juga telah memicu bullish minyak: permintaan Asia!
"Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah kemungkinan besar memainkan peran dalam kekuatan harga minyak, tetapi kami yakin pasar fisik yang ketat adalah pendorong utama," kata bank investasi AS Jefferies pada hari Jumat dalam sebuah catatan kepada klien.
Data perdagangan di Thomson Reuters Eikon menunjukkan impor minyak mentah oleh pembeli utama Asia akan mencapai rekor bulan ini. Sebagian besar di antaranya mengobati rasa haus minyak oleh China.
Pada akhir April 2018, Cina kemungkinan akan membeli lebih dari 9 juta barel per hari (bpd) minyak mentah. Volume ini hampir 10% dari konsumsi global dan lebih dari sepertiga total permintaan Asia. Dengan harga US$ 75 per barel, itu berarti biaya bulanan impor minyak oleh China mencapai lebih dari US$ 20 miliar.
Lebih mencengangkan lagi, rekor itu tercapai di tengah musim pemeliharaan yang mengindikasikan bahwa kebutuhan minyak China lebih besar dari yang diperkirakan. "Permintaan China menunjukkan pertumbuhan yang kuat," kata bank AS Goldman Sachs dalam sebuah catatan kepada klien, seperti dikutip Reuters.
Ada apa dengan China sehingga permintaan atas minyak mentah mereka melonjak?
Penjelasannya bisa Anda baca di artikel berikut ini. "Ini penjelasan di balik lonjakan permintaan minyak mentah oleh China."