Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama lebih dari tiga dekade, Robert Kiyosaki dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam dunia literasi keuangan.
Melalui buku legendarisnya Rich Dad Poor Dad dan berbagai seminar serta publikasi lainnya, Kiyosaki telah menawarkan wawasan yang tidak hanya relevan bagi kalangan berpenghasilan tinggi, tetapi juga bagi siapa pun yang ingin meraih kebebasan finansial.
Terlepas dari kelas sosial atau kelompok pajak tempat seseorang berada, filosofi Kiyosaki memberikan landasan kuat untuk membangun kekayaan jangka panjang.
Pengetahuan Lebih Penting dari Uang
“Sebenarnya, uang bukanlah yang membuat seseorang kaya; pengetahuanlah yang melakukannya,” tegas Kiyosaki dikutip dari gobankingrates.
Menurutnya, uang bukanlah tujuan akhir, melainkan hasil dari pemahaman dan penerapan strategi keuangan yang cerdas. Tanpa literasi keuangan, seseorang bisa kehilangan uang semudah ia mendapatkannya.
Baca Juga: Terjebak Gaji Bulanan? Robert Kiyosaki Bongkar Rahasia Keluar dari Rat Race!
Sophie Musumeci, CEO dan pendiri Real Entrepreneur Women, membenarkan pentingnya pendidikan finansial, terutama bagi perempuan. “Perempuan tidak diajarkan untuk membangun kekayaan sejak kecil—yang diajarkan adalah menabung, bukan berkembang,” ujar Musumeci.
Ia menambahkan bahwa saat memulai perusahaannya, ia menyadari bahwa mengubah masa depan finansial memerlukan komitmen untuk menjadi “murid uang”. Artinya, belajar cara memasarkan, menjual, dan membangun arus kas dari tempat yang berlandaskan tujuan, bukan sekadar kerja keras tanpa arah.
Netralitas Emosional: Kunci Bertahan dalam Dunia Bisnis
Untuk menjadi pengusaha dan investor yang sukses, Kiyosaki menekankan pentingnya menjaga netralitas emosi dalam menghadapi kemenangan maupun kekalahan.
“Kemenangan dan kekalahan hanyalah bagian dari permainan,” ujarnya.
Mendirikan bisnis atau mulai berinvestasi memang relatif mudah. Namun, mempertahankan dan mengembangkannya memerlukan ketahanan mental, disiplin, dan sikap objektif. Banyak pelaku bisnis yang gagal bukan karena strategi yang salah, melainkan karena tidak mampu mengelola emosi ketika menghadapi tekanan.
Musumeci menyatakan bahwa prinsip membangun aset dan bisnis sebagai jalan menuju kekayaan sangat sejalan dengan filosofi yang ia ajarkan kepada para pelatih dan pengusaha perempuan.
Baca Juga: Bukan Emas atau Bitcoin! Ini Aset Andalan Robert Kiyosaki yang Mengejutkan Investor
Ubah Pendapatan Aktif Menjadi Pendapatan Pasif
“Salah satu kunci kebebasan finansial dan kekayaan besar adalah kemampuan seseorang untuk mengubah pendapatan aktif menjadi pendapatan pasif dan/atau pendapatan portofolio,” jelas Kiyosaki.
Dalam dunia kerja tradisional, seseorang menukar waktu dengan uang. Namun, menurut Kiyosaki, sistem ini tidak berkelanjutan dalam jangka panjang untuk membangun kekayaan.
Maka dari itu, penting bagi setiap individu untuk menciptakan berbagai sumber pendapatan. Apabila satu sumber terhenti, sumber lain dapat mengambil alih atau bahkan memperkuat stabilitas keuangan.
“Bergantung pada satu sumber pendapatan sangat berisiko dalam perekonomian saat ini,” tambah Musumeci.
“Namun saat Anda mampu menciptakan pendapatan berulang dari pengetahuan, pengalaman, dan nilai yang Anda miliki, Anda akan menjadi tak tergoyahkan,” terangnya.
Baca Juga: Robert Kiyosaki: Kita Sudah Masuk Resesi! Saatnya Bertindak atau Tertinggal
Mampu Mengenali dan Menciptakan Peluang
“Mayoritas orang tidak pernah menjadi kaya karena mereka tidak dilatih secara finansial untuk mengenali peluang yang ada tepat di depan mereka,” ujar Kiyosaki.
Ia menekankan bahwa orang kaya bukan hanya bisa melihat peluang, tetapi juga mampu menciptakannya. Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan untuk berpikir kritis dan tanggap terhadap peluang menjadi keunggulan kompetitif yang sangat berharga.
Musumeci menegaskan bahwa setiap prinsip yang diajarkan Kiyosaki akan lebih bermakna jika diterapkan dalam konteks kehidupan nyata.
“Bagi perempuan yang menginginkan lebih dari sekadar bertahan hidup—bagi mereka yang menginginkan kedaulatan finansial—nasihat ini bisa sangat transformatif jika dipadukan dengan pendampingan dan tindakan yang digerakkan oleh hati,” tutupnya.